Home Gaya Hidup Viral Macan Kumbang di Nusakambangan, Begini Penjelasan BKSDA Jateng

Viral Macan Kumbang di Nusakambangan, Begini Penjelasan BKSDA Jateng

Cilacap, Gatra.com – Beberapa hari terakhir, jagat maya di Kabupaten Cilacap dan sekitarnya dihebohkan oleh unggahan foto macan kumbang  di Pulau Nusakambangan. Foto ini pertama kali diunggah oleh akun Instagram Explore_Cilacap.

Ia mengunggah dua foto. Satu macan kumbang atau tutul jawa yang tengah menuruni tebing. Satu foto lainnya adalah saat macan kumbang yang diduga berjenis kelamin jantan itu menyeberang jalan. Explore_Cilacap menulis bahwa foto itu adalah repost atau unggah ulang dari akun Diary_Kemenkumham.

Dalam unggahannya, akun Expolore_Cilacap menulis bahwa Pulau Nujsakambangan masih "dijaga" oleh macan  kumbang jawa (Panthera pardus melas).Hewan liar  itu turun gunung karena habitat mereka terganggu dan lingkungan tempat tinggal mereka makin rusak.

“Hewan ini sudah langka ditemukan sebab hilangnya habitat hutan, penangkapan liar serta daerah ditemukan hewan ini sangat terbatas. Satwa ini dilindungi dalam UU NO 5 Tahun 1990 dan PP NO 7 Tahun 1999,” tulis akun ini.

Tak pelak, unggahan foto itu pun menuai beragam komentar dari warganet. Sebanyak 4.000 akun  menanggapi foto tersebut. Unggahan ini juga banjir ratusan komentar. Sebagian besar tak setuju foto hewan langka diunggah. Sebab, foto hewan langka bisa saja membuat pemburu justru mengetahui keberadaan macan kumbang.

Menanggapi unggahan ini, Koordinator Polisi Hutan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah wilayah Konservasi Cilacap, Endi Suryo mengatakan bahwa foto tersebut autentik dan benar di Nusakambangan. Akan tetapi, foto tersebut adalah foto lama, sekitar 2015.

“Foto diambil oleh petugas Lapas. Informasi teman-teman seperti itu,” kata Endi, saat dihubungi, Sabtu (11/5).

Menurut dia, saat ini jumlah macam tutul dan macan kumbang di Nusakambangan masih terjaga. Akan tetapi, ia tak bisa memperkirakan secara pasti jumlahnya.  Pada 2019 ini, BKSDA hanya memasang satu kamera pengintai satwa liar. Sebab itu, masih sulit untuk memperkirakan jumlah yang ada di alam liar Nusakambangan. “Yang jelas bertambah banyak,” ucapnya.

Dia mengatakan, ekosistem macan kumbang Nusakambangan relatif terjaga. Sebab, di Nusakambangan masih tersedia kawasan konservasi berupa hutan lindung yang cukup luas. Di kawasan hutan ini juga hidup makanan alami macan kumbang.

“Masih ada babi hutan, primata, ular, kijang juga masih ada. Itu makanan-makanan alaminya,” ujar Endi.

Sebelumnya, pada 2018, BKSDA Jateng memperkirakan jumlah macan tutul Nusakambangan berjumlah 18 ekor. Dari jumlah itu, 12 di antaranya adalah jenis macan tutul (Panthera pardus). Sedangkan enam lainnya berjenis macan kumbang atau tutul Jawa (Panthera pardus melas).Ke-18 macam itu terdeteksi oelh tujuh kamera pengintai yang disebar di sejumlah titik Nusakambangan pada Oktober 2017.

1773