Home Politik Satu Warga Merangin Tewas Tertembus Peluru Nyasar Saat Kerusuhan 22 Mei

Satu Warga Merangin Tewas Tertembus Peluru Nyasar Saat Kerusuhan 22 Mei

Merangin, Gatra.com – Kabar duka datang dari salah satu keluarga di Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Jambi. Dodi. Salah satu anggota keluarganya tewas diduga tertembus peluru nyasar aparat saat terjadi bentrok antara pengunjuk rasa dan aparat di Tanah Abang pada Rabu (22/5) kemarin.

Informasi yang berhasil dihimpun dari pihak keluarga korban menyebutkan bahwa saat itu korban Sandro (32) sekitar pukul 06.30 WIB berangkat dari rumahnya di Tangerang Selatan menuju ke Tanah Abang untuk berjualan pakaian. Lalu, sekitar pukul 09.00 WIB korban sampai di stasiun Tanah Abang dan menuju Pasar Tanah Abang namun saat itu di lokasi tersebut sedang terjadi kerusuhan antar pengunjuk rasa dengan aparat.

Tiba-tiba saat korban Sandro berjalan menuju tempat kerja, korban langsung terjatuh tertembus peluru tajam tepat di bagian dada dan tembus ke paru-paru. Korban langsung diselamatkan warga dan dilarikan ke rumah sakit Tarakan Jakarta.

Usai mendapat perawatan hampir 12 jam, sekitar pukul 04.30 WIB, Kamis (23/5), korban dinyatakan meninggal dunia.

Mendapat informasi tersebut keluarga korban langsung menjemput jasad korban dengan menggunakan ambulans milik Pemerintah Provinsi Jambi. Siang tadi sekitar pukul 13.00 WIB, jenazah diberangkatkan dari RS Tarakan Jakarta dan akan dimakamkan di pemakaman umum di Pamenang.

Doni adik kandung korban menyayangkan kejadian ini, dirinya berharap ada perhatian dari pemerintah terkait kejadian ini.

"Kakak saya ini pedagang di Tanah Abang. Dia menjadi korban peluru nyasar aparat dan saat ini sudah meninggal dunia, kami minta kepada pemerintah untuk bertanggung jawab terkait kejadian ini,” kata Doni, Kamis (23/5).

Lebih lanjut dia berharap ada penjelasan dari pemerintah terkait peluru nyasar yang menewaskan kakaknya. "Saya minta adanya penjelasan dari pemerintah, kenapa bisa terjadi peluru nyasar. Padahal kakak saya ini bukan peserta unjuk rasa,” ujarnya lirih.

1718