Home Gaya Hidup Nadirsyah Hosen: Islam Wasathiyah Itu Moderat Tanpa Kehilangan Prinsip

Nadirsyah Hosen: Islam Wasathiyah Itu Moderat Tanpa Kehilangan Prinsip

Sleman, Gatra.com - Di tengah kisruh politik yang mengatasnamakan Islam, paham Islam Wasathiyah bisa menjadi pedoman. Islam Wasathiyah adalah Islam yang moderat, tapi bukan berarti tidak memiliki prinsip dan meninggalkan ibadah.

Pesan tersebut menjadi bagian dari ceramah Nadirsyah Hosen di Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Minggu (26/5) sore. Gus Nadir, sapaan Nadirsyah Hosen, menyampaikan ceramah dengan tema ‘Islam Wasathiyah’.

Istilah wasathiyah berasal dari Al-Qur’an yang berarti umat yang tengah-tengah. Gus Nadir menuturkan, maksud umat tengah-tengah berarti umat yang bersikap adil. “Tidak berada di (ekstrem) kiri atau kanan,” ujar Rais Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Australia dan SelandiaBaru ini.

Belakangan ini, istilah Islam Wasathiyah mendunia berkat kampanye Pangeran Muhammad bin Salman dari Arab Saudi ke negara-negara Barat. Pangeran Muhammad ingin menunjukkan bahwa Arab Saudi mengarah lebih moderat. Kebijakan moderat ditunjukkan dengan pembangunan bioskop dan keleluasaan bagi perempuan di ruang publik.

Gus Nadir berpendapat, moderat dalam Islam bukan berarti tidak punya pendirian dan sikap, apalagi meninggalkan ibadah dan ajaran agama. Menurutnya, Islam Wasathiyah menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta. Gus Nadir mengatakan, rahmat Islam berlaku bagi seluruh umat manusia sekaligus binatang. Oleh karena itu, Islam Wasathiyah harus saling menyayangi dan berbagi.

Selain itu, Islam Wasathiyah cenderung memilih pilihan yang mudah serta tidak berlebihan dalam segala hal. Menurut Gus Nadir, cara beragama semacam itu dicontohkan oleh Nabi Muhammad yang beribadah tanpa kehilangan sisi manusiawi.

“Kita harus adil dalam beribadah. Nabi tidak bersikap ekstrem dan tetap mengakui sisi kemanusiaan,” ujar dosen di FakultasHukum Monash University, Australia, ini.

Paham Islam Wasathiyah juga tidak melakukan paksaan dalam beragama. Menurut Gus Nadir, tugas umat Islam adalah menyampaikan pesan keislaman tanpa memaksakan kehendak. Sayangnya, terkadang kita justru terjebak menghakimi orang lain.

“Dalam beragama tidak boleh memaksa. Jangan seakan-seakan merasa rahmat Allah tidak akan turun kepada orang lain,” tegas Gus Nadir.

Keseimbangan atau tawazun adalah ciri terakhir dari Islam Wasathiyah. Seimbang berarti adil dalam membagi porsi dalam beribadah. Gus Nadir mencontohkan, Nabi Daud membagi waktunya sepertiga sebagai nabi, raja, dan bermunajat.

Ia menjelaskan, setiap nabi punya risalah dengan syariat masing-masing. Untuk itu, Islam sebagai agama akhir zaman harus mampu menyesuaikan pada keadaan. “Harus tengah-tengah, paham kapan harus tegas dan kapan dengan pendekatan cinta,” ujar Gus Nadir.

Ciri-ciri Islam Wasathiyah itu menjadi penengah dari ajaran yang kaku di satu sisi dan penuh cinta kasih di sisi lain. “Umat Islam Wasathiyah adalah umat pilihan,” ujar Gus Nadir.

Reporter: Abilawa Ihsan

 

 

8215