Home Politik Referendum Bukan Wacana yang Tepat untuk Rakyat Aceh

Referendum Bukan Wacana yang Tepat untuk Rakyat Aceh

Banda Aceh, Gatra.com - Wacana referendum yang digulirkan Ketua Umum Partai Aceh, Muallim Muzakir Manaf kini menjadi viral. Namun apa pun langkah perjuangan mantan GAM ke depan adalah perlindungan nyawa setiap pribadi rakyat Aceh.

Mantan Panglima GAM Wilayah Linge, Fauzan Azima mengatakan, sejarah Aceh merupakan sejarah yang  berdarah-darah. "Kita baru saja menempel luka dengan perdamaian di Helsinky, Finlandia. Jangan sampai peristiwa tersebut terulang lagi di Aceh," jelas dia.

"Oleh karena itu, dengan alasan apa pun mantan GAM jangan lagi menorehkan luka baru," kata Mantan Panglima GAM Wilayah Linge di Banda Aceh, Rabu (29/5)

Apalagi, kata dia, perdamaian RI dan GAM bukanlah akhir dari tanggung jawab sosial dan sejarah para mantan GAM terhadap tanah dan rakyat Aceh.  

"Tanggung jawab tersebut masih harus diwujudkan, paling kurang adalah pemenuhan secara sempurna butir-butir MoU Helsinky pada 2005," ungkap dia.

Tentu saja, kita tidak berharap sejarah kelak akan mencatat bahwa GAM adalah institusi yang menjadikan rakyat Aceh sebagai tumbal dalam mewujudkan ambisi kelompok dan golongan melalui wacana referendum.

"Bumi Aceh sudah cukup menampung tetesan darah, air mata, dan jasad korban nyawa sebagai sejarah kelam. Tugas dan tanggung jawab mantan GAM untuk mengubah sejarah Aceh ke depan sebagai daerah yang aman, damai dan tanpa kekerasan," terangnya.

Seperti pemberitaan sebelumnya, Komite Peralihan Aceh (KPA) dan Ketua DPA Partai Aceh (PA) Muzakir Manaf menyatakan, Aceh ke depan lebih meminta referendum saja, karena di Indonesia tak jelas soal keadilan dan demokrasi.

"Kita melihat saat ini, negara kita di Indonesia tak jelas soal keadilan dan demokrasi. Indonesia diambang kehancuran dari sisi apa saja, itu sebabnya, maaf Pak Pangdam, ke depan Aceh kita minta referendum saja," kata Muzakir yang akrab disapa Mualem tersebut.

Hal itu disampaikan dalam sambutannya pada peringatan Kesembilan Tahun (3 Juni 2010-3 Juni 2019), wafatnya Wali Neugara Aceh, Paduka Yang Mulia Tgk Muhammad Hasan Ditiro dan buka bersama di salah satu Gedung Amel Banda Aceh, Senin malam (27/5).

1240