Home Teknologi Musuh Petani Ini Kini Jadi Aneka Pupuk

Musuh Petani Ini Kini Jadi Aneka Pupuk

Sleman, Gatra.com - Berawal dari mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa, sekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada mampu mengubah gulma menjadi pupuk organik. Selama ini gulma dianggap sebagai musuh petani, tapi kini jadi produk yang justru punya nilai guna bagi petani.

Produk bernama Weeds Fertilizer itu hasil inovasi tim riset dan pengabdian lima mahasiswa Fakultas Pertanian UGM. Mereka adalah Ayu Putri Subowo, Antonius Berlianto l, Joshua Eka Putra, Lidwina Arum Meta W, dan Maria Hera Gratias.

Ayu, selaku ketua tim, menjelaskan mereka mensosialisasikan manfaat gulma di Dusun Temanggung, Desa Tambak Rejo, Kecamatan Tempel, Sleman, Maret tahun lalu. Timn melibatkan semua warga, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Tim Weeds Fertilizer menjadi fasilitator atau pemberi materi yang didampingi oleh dosen.

“Pada prosesnya memerlukan waktu 7 bulan dari persiapan hingga pelaksanaan. Kami belum melakukan penelitian secara lab karena ini digunakan untuk pemberdayaan dan pemanfaatan gulma agar potensinya tidak sia-sia,” ujar Ayu saat kepada Gatra.com, Sabtu (22/6).

Baca Juga: Cucu Marvel UGM Jadikan Kunyit Detektor Keasaman Sawah

Weed Fertilizer mengajarkan warga untuk mengubah gulma di area sawah menjadi tiga jenis produk, yaitu pupuk organik cair, kompos, dan biochar. Pupuk organik cair dibuat dari bahan-bahan lunak gulma segar. Gulma ini mengandung banyak air seperti genjer dan krokot.

Gulma membutuhkan waktu dua bulan untuk menjadi pupuk organik cair. Pupuk cair dihasilkan melalui reaktor biocomposting dari ember cat atau drum bekas yang diberi saluran air di bawahnya. Metode ini memanfaatkan larva lalat hitam untuk merombak gulma menjadi cairan.

Adapun kompos dibuat dari gulma bertekstur agak keras yang minim kandungan air, seperti ilalang. Pembuatan kompos membutuhkan waktu tiga bulan dengan menggunakan komposter.

Baca Juga: Si Perkasa dari Bantul, Keringkan Gabah Lebih Cepat dan Murah

Produk lainnya, biochar, dibuat dari gulma bertekstur keras atau gulma jenis kayu -kayuan. Ayu dan tim mengubah gulma keras melalui proses pirolisis atau pembakaran tanpa oksigen hingga menghasilkan arang. Arang hasil pembakaran kemudian direndam dalam pupuk organik cair.

Ayu menuturkan, petani di Dusun Temanggung telah memakai produk-produk olahan gulma untuk memupuk sawah dan tanaman di pekarangan mereka. Beberapa petani bahkan melanjutkan proses pengolahan gulma menjadi pupuk.

“Dampak positif yang cukup terlihat adalah berkurangnya pembelian pupuk kimia. Warga juga mulai memanfaatkan gulma semaksimal mungkin dalam proses budidaya tanaman sehingga bisa dikatakan menerapkan zero waste,” ujar Ayu.

Baca Juga: Bikin Ikan Gemuk dan Tambak Bersih, Inovasi Mahasiswa UGM 'Banoo' Juara Riset Dunia

Padahal sebelumnya tim kesulitan mengubah pandangan warga atas gulma. Menurut Ayu, warga telanjur memandang gulma sebagai tanaman hama yang tidak berguna.

Dari proses tersebut, tim Weeds Fertilizer berhasil memperoleh dana hibah dari Kemenristekdikti. Dana ini mereka gunakan untuk mengembangkan riset dan sosialisasi secara lebih luas.

Menurut Ayu, tim sedang berusaha mengembangkan produk pupuk organik cair. Produk tersebut dikembangkan karena mudah, murah, dan masyarakat telah menguasai teknik pembuatannya.

3940