Home Politik Dua Periode Risma, Warga Asli Surabaya Terpinggirkan

Dua Periode Risma, Warga Asli Surabaya Terpinggirkan

Surabaya, Gatra.com – Surabaya sudah hampir 10 tahun dipimpin Tri Rismaharini alias Risma. Selama dua periode menjadi Walikota Surabaya, kebijakan Risma belum maksimal menyentuh masyarakat pinggiran.

Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jawa Timur, Abdul Halim Iskandar, menyatakan warga asli Surabaya cenderung termarjinalkan. Risma disebut lebih berpihak pada kalangan elite. 

"Kita memotret (Kecamatan) Rungkut. Lihat saja, bagaimana Rungkut sepuluh tahun lalu, lima belas tahun lalu, dengan hari ini. Itu saja,” kata Halim.

“Kita enggak ndakik-dakik berteori, kita cukup melihat bagaimana Rungkut lima belas tahun lalu dengan hari ini, kemana mereka (warga) yang asli," lanjut Halim saat ditemui di kantor DPW PKB Jatim Jalan Ketintang Madya Surabaya, Kamis (4/7/2019) sore.

Bila hal itu dibiarkan, menurut Halim, lambat-laun warga asli Surabaya akan kian terpinggirkan. Padahal, mereka adalah pemilik dari pada sejarah Kota Pahlawan ini.

Halim menilai, visi dan kebijakan pembangunan Risma selama kepemimpinannya tidak mengarah pada upaya mempertahankan warga asli Surabaya. Menurut dia, pembangunan di Surabaya seharusnya di ring luar.

“Kalau di ring dalam pasti akan menggusur,” ujar Halim yang juga Ketua DPRD Jawa Timur itu. Bila terjadi penggusuran hampir pasti akan mengeser posisi warga asli.

Halim berharap Surabaya tidak seperti Jakarta saat ini. "Jakarta, kalau kita lihat sekarang, di mana posisi orang Betawi (warga asli Jakarta)? (Mereka) di pojok-pojok," tegasnya.

Halim menilai Risma juga gagal memberikan solusi masalah kemacetan. Pembangunan infrastruktur jalan seperti frontage di sepanjang Jalan A Yani, yang dinilai sebagai solusi, menurut Halim, belum signifikan mengurai kemacetan di Kota Pahlawan.

Frontage itu pun proyek lama yang dikerjakan Risma. "Frontage itu bukan produk baru. Itu produk lama yang muncul hari ini, itu saja," ujarnya.

Memang ada beberapa pembangunan jalan yang betul-betul baru, seperti underpass yang lumayan mengurai kemacetan di Jalan Mayjen Sungkono-HR Muhammad. Namun, dia mengingatkan bahwa akses tersebut justru memudahkan bagi warga yang tinggal di kawasan elit.

"Jangan lupa teori pembangunan, di mana akses dipermudah, maka naiklah (nilai atau harga) lahan aset di situ," kata Halim.

Reporter: Abdul Hady JM

Editor: Bernadetta Febriana