Home Ekonomi Mengenal PLTA Cirata, Penunjang Listrik Jawa Bali Madura

Mengenal PLTA Cirata, Penunjang Listrik Jawa Bali Madura

Purwakarta, Gatra.com- Di usianya yang sudah menginjak 31 tahun, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Cirata masih menjadi unggulan. Pembangkit terbesar di Asia Tenggara ini mulai beroperasi secara komersil sejak 25 Mei tahun 1988. 
 
Manager Keuangan UP Cirata, Priyono menjelaskan bahwa PLTA Cirata didesain untuk memenuhi kebutuhan puncak. Pembangkit listrik tipe resevoir ini merupakan bagian dari waduk kaskade aliran sungai Citarum yang meliputi Saguling, Cirata, dan Djuanda atau Jatiluhur.
 
"Menjadi penyangga beban puncak karena start up operasi untuk sinkron ke jaringan Jawa Bali Madura dengan relatif cepat kurang lebih 6 menit," ungkap Priyono di kantor PLTA Cirata Purwakarta, Sabtu (7/7).
 
Delapan unit yang dikelola oleh PLN Jawa Bali (PJB) tersebut memiliki kapasitas 1.008 MW atau 8x126 MW. Kapasitasnya lebih besar dibanding tetangganya yang masih satu aliran, Saguling (700 MW) dan  Djuanda (150 MW).
 
"Rata-rata energi yang dibangkitkan 1.428 GWh per tahun yang disalurkan ke sistem 500 kV Jawa-Madura-Bali. Setara dengan 428 ton bahan bakar minyak untuk pembangkit diesel," tutur Priyono.
 
Sebagai informasi, empat unit dengan mesin VA Elin buatan Austria ini pertama beroperasi 1988. Dua penambahan lainnya tahun 1997. Terakhir, yang dua unit termuda pada April 1998.
 
Waduk dengan lahan genangan sebesar 6.200 hektare ini berada pada elevasi 221 meter. Dimana area ini masuk wilayah Kabupaten Bandung Barat (38%), Kabupaten Cianjur (41%), dan Kabupaten Purwakarta (21%).
 
Sementara itu, Plt. Executive Vice President Corporate Communication & CSR Dwi Suryo Abdullah menambahkan bahwa karakter PLTA menjadi penunjang beban puncak karena termasuk tipikal pembangkit yang responsif akan naik turunnya frekuensi tegangan. Sama halnya seperti Pembangkit Listrik Tenaga Geothermal (PLTG).
 
"Berbeda dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang tipikal pembangkit berespon lambat. Naik turun beban, frekuensi load lambat bisa berdampak," ungkap Dwi Suryo.
 
Dwi Suryo mengatakan bahwa PLTA Cirata menjadi penunjang beban puncak karena memiliki relevasi air, serta rencana dan prediksi curah hujan masuk. "Sehinga bisa alokasi energi," tuturnya.
4056