Home Milenial Cerita Pemuda Tobololo Ternate Membangun Tempat Konservasi Tukik

Cerita Pemuda Tobololo Ternate Membangun Tempat Konservasi Tukik

Ternate, Gatra.com - Pesisir pantai Kelurahan Tobololo, Kota Ternate Barat, Maluku Utara, menjadi satu-satunya tempat penyu laut bertelur di daerah ini.
 
Sekretaris Kelompok Masyarakat Penggerak Konservasi (Kompak) Ori Ma Fala, Hariyanto S. Soleman, kepada Gatra.com di Ternate, Sabtu (13/7/2019), mengatakan di lokasi ini terdapat 2 jenis, yakni penyu lekang dan penyu ikan.
 
Menurut dia, dulunya sebagian warga kerap mengambil telur penyu untuk dijual ke pasar. "Untuk dikonsumsi," katanya.
 
Setelah dua dosen dari Fakultas Perikanan Universitas Khairun Ternate, yakni Aditiawan dan Bahar Kaidati melakukan penelitian, masyarakat pun diberikan pemahaman. "Bahwa penyu adalah hewan dilindungi karena terancam punah," katanya. 
 
Nantinya, sekira 2014 - 2015, mereka akhirnya berinisiatif membangun tempat konservasi. Tujuannya untuk melindungi telur penyu dari tangan-tangan jahil. "Nama konservasinya Kompak Ori Ma Fala," jelasnya.
 
Dalam bahasa Ternate, Ori berarti penyu. Sedangkan Fala adalah rumah. "Jadi rumah penyu. Di dalam kelompok, kami berjumlah 9 orang," jelasnya.
 
Pantauan Gatra.com di area konservasi seluas 20 x 30 meter itu, terdapat 4 bak penampungan berukuran 4 x 6 meter. 
 
Sedangkan tempat penyimpanan telur berukuran 3 x 1 meter, serta beberapa fasilitas pendukung lainnya. Seperti bak penampungan air, rumah jaga, dan tempat penyuluhan.
 
Hariyanto katakan, di lokasi ini, penyu hanya bertelur setahun sekali. Sedangkan waktu bertelurnya berlangsung pada bulan April hingga pertengahan atau akhir Juli. 
 
"Saat bertelur perdana, jumlahnya 500 butir. Kalau kedua, ketiga, dan seterusnya itu sudah mulai berkurang. Bahkan hanya 100 butir," jelasnya.
 
Menurut dia, penyu selalu mencari pesisir pantai yang bersih dari kotoran sampah dan jauh dari keramaian. 
 
"Kalau ramai-ramai atau laut kotor dia tidak naik (bertelur). Sedangkan waktu bertelurnya sekira pukul 00.00 WIT hingga 01.00 WIT," jelasnya.
 
Hariyanto katakan, ada satu keunikan dari hewan ini. Di mana, saat bertelur, penyu-penyu tersebut membuat lebih dari 1 sarang telur.
 
"Jadi seolah-olah lebih dari satu sarang tempat dia menyimpan telur. Tapi itu hanya strateginya untuk mengelabui orang, agar tidak mengambil telurnya," katanya.
 
Sementara, proses pemindahan telur ke area konservasi dilakukan secara manual. Sedangkan masa penetasan, jika di alam bebas membutuhkan waktu sekira 20 - 30 hari. "Kalau di tempat konservasi butuh waktu sekira 40 - 40 hari atau 2 bulan. 
 
Rata-rata, kata dia, hampir semua telur menetas. Setelah itu mereka pindahkan ke kolam penampungan selama 3 hari. "Atau paling lama 1 minggu, baru dilepaskan ke laut," jelasnya. 
 
Saat ini, terdapat kurang lebih 1.000 ekor tukik. Sebelumnya, pada Juni 2019, Kompak Ori Ma Fala baru saja melepaskan 1.750 ekor tukik. "Kalau yang sekarang ini baru saja menetas. Mungkin sepekan lagi baru dilepas," jelasnya.
834

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR