Home Ekonomi Pinus: Sumber Daya Alam Indonesia yang Belum Tergarap

Pinus: Sumber Daya Alam Indonesia yang Belum Tergarap

Jakarta, Gatra.com - Dalam satu kesempatan, saya diskusi dengan direktur utama PT PAK, anak perusahaan BUMN Perhutani yang bergerak di bidang pengolahan getah pinus di Indonesia. Sebagaimana kita ketahui, Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alamnya yang melimpah ruah dan beraneka rupa, salah satunya adalah pinus.

Saat diskusi, kami merasa sangat peduli dengan kekayaan alam yang satu ini, sudah sepatutnya Indonesia yang memiliki hutan pinus terluas ke tiga di dunia setelah Cina dan Brazil, memperoleh pendapatan devisa yang tinggi dari pinus, jika sumber daya alam ini diolah secara optimal.

Kenyataannya sampai hari ini masih banyak produk-produk akhir yang kita impor yang bahan bakunya berasal dari pinus Indonesia, sebagaimana yang seringkali didengungkan oleh bapak Presiden Joko Widodo dalam berbagai kesempatan.

Kita baru mampu mendapatkan manfaat dari pinus berupa gondorukem, padahal begitu banyak produk turunan yang dihasilkan dari gondorukem. Pihak importir, mengolah gondorukem menjadi berbagai produk yang memiliki manfaat dan nilai jual tinggi dan kembali lagi ke Indonesia.

Pinus termasuk tanaman fast growing, sifat pertumbuhannya yang cepat memberi dampak yang relatif kecil terhadap lingkungan. Dalam waktu 2 tahun, tanah sudah mulai tertutup oleh hamparan pinus dan dua tahun berikutnya sudah kembali menjadi hutan.

Gondorukem dihasilkan dari hasil pengolahan getah pinus yang berupa produk padat, tembus cahaya, berwarna kuning dan sedikit berkilau jika terkena cahaya. Metode penyadapan, cara pengolahan, dan instalasi pengolahannya sangat mempengaruhi kualitas gondorukem yang dihasilkan.

Dengan pemanasan di kisaran suhu 160º C sampai dengan 180º C, getah Pinus menghasilkan uap, yang ditangkap dan dikondensasikan menjadi produk cair yang berat jenisnya lebih ringan dari air dan inilah yang disebut dengan terpentin.

Gondorukem dan turunannya banyak digunakan di industri mulai dari industri lem, kertas, coating, tinta, ban kendaraan, batik hingga industri makanan dan farmasi. Terpentin yang dihasilkan tidak kalah potensinya dari gondorukem.

Terpentin bisa digunakan untuk solvent, industri farmasi seperti desinfectant, fragrance, dan banyak lagi turunannya. Dapat dikatakan terpentin termasuk dalam kategori atsiri, dan terpentin adalah atsiri terbesar di dunia jika dilihat dari volumenya.

Getah yang dihasilkan pun hampir seluruhnya berasal dari sadapan, bukan dari re-proses industri kertas, sehingga bisa dipastikan memiiki kemurnian yang sangat tinggi.

Kayu pinus yang berwarna terang termasuk golongan kayu yang kuat dan tahan lama, memiliki karakter anti-shock sehingga cocok untuk bahan furniture.

Di pasar banyak ditemui furniture yang terbuat dari kayu pinus memiliki harga yang lebih ekonomis jika dibandingkan dengan furniture kayu lain.

Mengingat warnanya yang terang kayu pinus bisa di-finishing dengan bebas atau kita bisa melapisinya dengan coating transparan, sehingga warna natural kayunya bisa lebih ditonjolkan.

Kayu pinus yang ringan tetapi secara struktur cukup kuat dan kokoh, membuatnya cocok untuk furniture tertentu. Bobot yang ringan lebih disukai, karena lebih mudah untuk digeser dan dipindah, sifatnya yang ringan tersebut dan tahan guncangan menjadikannya pilihan yang baik untuk keperluan tersebut.

Batang kayu pinus juga bisa dimanfaatkan untuk industri kertas dimana Indonesia termasuk penyumbang pulp yang besar untuk industri kertas dunia.

Industri kertas selain batangnya yang dipergunakan untuk pulp, juga membutuhkan gondorukem untuk paper size. Sementara di industri lem, gondorukem digunakan sebagai promoting adhesive.

Sebagaimana tercatat di salah satu paten untuk dunia farmasi bahwa ekstrak daun pinus juga ampuh untuk melawan beberapa jenis kanker. Di Thailand daun pinus juga sudah lama dimanfaatkan sebagai obat tradisional yang berfungsi sebagai obat luka dan anti lebam.

Manfaat gondorukem yang paling sederhana adalah di industri batik. Industri ini memerlukan malam (campuran gondorukem, paraffin dan beberapa bahan lain) yang digunakan untuk menutupi serat-serat kain.

Industri cat dan coating juga memerlukan turunan gondorukem. Fakta di lapangan ada beberapa perusahaan lokal telah mampu menghasilkan cat marka jalan. 

Dengan menggunakan produk resin berbasis gondorukem tersebut, akan mampu memenuhi kandungan komponen dalam negeri menjadi sekitar 50% dan akan mengurangi jauh ketergantungan kita terhadap produk-produk impor.

Pada umumnya bahan dasar cat marka tipe HMA yaitu Calsium Carbonat dan sisanya bahan-bahan impor. Calsium carbonat berasal dari batu kapur, yang tersedia banyak di dalam negeri, sementara bahan lainnya yang merupakan bahan impor dapat digantikan dengan resin dari turunan gondorukem.

Produk tersebut telah diaplikasikan di beberapa ruas jalan tol seperti Semarang-Batang, bahkan tahun ini mulai diaplikasikan di jalan tol Sumatera dan Sulawesi.

Sedangkan di industri tinta turunan gondorukem digunakan untuk memperkuat kelekatan tinta di kertas.

Dalam industri ban gondorukem memiliki peran yang sangat penting yaitu digunakan pada proses compounding, untuk menyatukan beberapa bahan seperti carbon black, silika, SBR dengan serat nilon atau kawat bajanya.

Jika hingga saat ini protensi besar ini belum tergali dengan baik, tak lain karena masih terbatasnya pengetahuan dan masih kurang nya sinergi serta koordinasi.

Pekerjaan yang besar ini tentunya tidak bisa kita serahkan kepada satu institusi tertentu atau Pemerintah saja. Untuk itu, beberapa pihak terkait seperti akademisi, pengusaha, Pemerintah, lembaga perlindungan konsumen, jejaring laboratorium Indonesia dan beberapa lembaga terkait lainnya perlu duduk bersama untuk berkoordinasi.

Peran jejaring laboratorium Indonesia dibutuhkan untuk melakukan percepatan di bidang penelitian dengan memanfaatkan/melanjutkan hasil penelitian yang sudah ada.

Keterlibatan para ilmuwan dan putra-putri bangsa yang peduli dengan aset bangsa ini, merupakan sumber daya besar yang dapat mendukung percepatan pengolahan dan pemanfaatan getah pinus ini.

Akademisi akan memperoleh manfaat di bidang khazanah ilmu pengetahuan, dunia bisnis/industri akan memetik manfaat dalam kemajuan teknologi, tersedianya lapangan kerja baru serta penggunaan produk berbasis kearifan lokal.

Indonesia menjadi lebih berdaulat dalam memanfaatkan sumber daya. Peran Pemerintah dalam hal ini juga sangat dibutuhkan untuk mencegah praktik monopoli agar manfaat yang diperoleh dapat diminati oleh masyarakat banyak.

Jika industri kita maju, sudah pasti akan meningkatkan sumbangan devisa bagi Negara, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan kemajuan di bidang riset dan teknologi serta akan membuka lapangan kerja baru.

Sudah saatnya Indonesia bangkit dan dapat membuktikan kepada dunia bahwa begitu banyak produk yang dapat kita hasilkan dengan pemanfaatan sumberdaya alam Indonesia secara optimal.


Tati Maryati

Direktur eksekutif MUTUTrade, Ketua Umum Wise Smart Consumer, Jejaring Laboratorium Indonesia