Jakarta, Gatra.com - Dermatitis Atopik (DA) merupakan suatu penyakit kulit kronis yang dapat menyerang semua usia, terutama yang paling rentan adalah anak-anak. Menurut data World Allergy Organization 2018, prevalensi penderita DA pada anak-anak sebesar 5-30% dan pada dewasa sebesar 1-10% dari populasi dunia.
"Perkembangan kulit anak-anak dari usia 1 sampai 5 tahun itu kan mengalami perubahan. Apalagi di usia tersebut, ada anak-anak yang belajar merangkak dan sudah mulai bermain. Hal ini memungkinkan mereka terpapar faktor alergen di luar ruangan," kata Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin sekaligus CEO Klinik Pramudia, dr. Anthony Handoko, SpKK di Madame Delima Resto, Jakarta Pusat, Rabu (14/8).
Baca juga: Alergi Pada Anak Tidak Berkaitan dengan Pantangan Makanan
Semakin sering anak-anak terpapar dengan pemicunya, maka peluang terserang penyakit DA juga lebih besar. Apalagi, DA ini juga bisa berasal dari faktor keturunan (genetik), sehingga jika anak-anak yang memang memiliki bawaan dari faktor genetik akan lebih mudah mengidap penyakit ini.
"Secara umum, DA dapat dicetuskan oleh faktor yang beragam. Antara lainnya cuaca yang panas, perubahan cuaca, keringat berlebihan, debu, daya tahan menurun, stres, dan gigitan serangga. Gejala yang timbul adalah merah-merah pada kulit dan gatal," ungkapnya.
Baca juga: Pilih Produk Tepat untuk Kulit Bayi yang Sensitif
Lokasi timbulnya DA pada anak-anak biasa berada di lipatan siku dan lutut, seputar bibir, mata, dan pipi. Perlu diperhatikan juga, DA memiliki gejala penyerta lain seperti hidung meler atau bersin di pagi hari (rhinitis allergica), mata merah (conjunctivitis allergica), dan asma.
"Jika anak-anak sudah merasa gatal dan merasa tidak nyaman, bisa langsung memeriksakan ke dokter atau klinik kulit. Apabila anak-anak positif terserang DA, air untuk mandinya dapat diubah menjadi lebih hangat agar kulit tetap lembab dan rasa gatalnya tidak terlalu parah," katanya.
