Home Ekonomi Indef: Faktor Harga dan Kualitas Sebabkan Jagung Masih Impor

Indef: Faktor Harga dan Kualitas Sebabkan Jagung Masih Impor

Jakarta, Gatra.com - Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bustanul Arifin, berpendapat bahwa harga jagung yang relatif mahal dan kualitasnya yang belum memenuhi standar menyebabkan Indonesia masih mengimpor jagung.
 
"Harga kita memamg enggak masuk terhadap kebutuhan pengolahan lebih lanjut untuk pakan dan pangan. Gak masuknya itu untuk kualitas tinggi,"  katanya dalam  diskusi "Peran Jagung dalam Pereknomian Indonesia: Tantangan dan Peluang" di Jakarta, Kamis (22/8).
 
Menurut Bustanul, mahalnya jagung di Indonesia disebabkan oleh tingginya upah buruh dan biaya sewa lahan. "Orang desa disuruh jadi buruh petani sekarang lebih sulit. Labor cost (upah buruh) jadi naik," ujarnya.
 
Bustanul mengatakan,  pendampingan peningkatan mulai dari peningkatan produktivitas sampai kualitas mutlak dilakukan. "Kalau begini-begini saja kita sulit bersaing dengan jagung impor. Buktinya sudah ada di kedelai. (Kedelai impor) Lebih murah, lebih bagus," tutur guru besar di Universitas Lampung itu.
 
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Pembibitan Unggas (GPPU), Achmad Dawami,  mengemukakan, harga jagung yang menjadi bahan baku pakan ayam di Brasil jauh lebih murah dibandingkan di Indonesia. "Harga jagung di Brasil hanya Rp 2.500/kg, sedangkan di Indonesia lebih dari Rp 4.000/kg," katanya kepada Gatra.com, Jumat (16/8).
 
Direktur Penjualan dan Pemasaran PT Tereos FKS Indonesia, Maya Devi, menyampaikan bahwa perusahaannya mengimpor seratus persen kebutuhan jagung sebagai bahan baku pembuatan pati jagung.  Itu dilakukan karena kandungan aflatoksin tidak memenuhi standar untuk produk pangan. "Kita sangat terbuka untuk jagung lokal, tapi harus memenuhi food standard (standar pangan)," ujarnya di Jakarta, Kamis (22/8).
 
Menurut Maya, kini pihaknya tengah melakukan riset dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk mengembangkan jagung rendah aflatoksin. 
 
 
377