Home Internasional Kesepakatan AS-Taliban Belum Hentikan Serangan Afghanistan

Kesepakatan AS-Taliban Belum Hentikan Serangan Afghanistan

Kabul, Gatra.com - Perundingan antara Amerika Serikat (AS) dan Taliban semakin dekat dengan kesepakatan, yang akan membuka jalan bagi perdamaian di Afghanistan. Namun ditengah puncak kesepakatan ini, para pemberontak masih melancarkan serangan akhir pekan di pusat kota Kunduz, Afghanistan.

Diplomat yang menjadi utusan AS untuk Afghanistan, Zalmay Khalilzad mengatakan akan melakukan perjalanan ke ibukota Kabul, Afghanistan pada Minggu malam untuk berdiskusi, setelah menyelesaikan putaran perundingan kesembilan dengan para petinggi Taliban di Doha, Qatar.

“Kami berada di puncak perjanjian yang akan mengurangi kekerasan, kami mengajak Afghanistan untuk duduk bersama dalam menegosiasikan perdamaian yang berkelanjutan demi terciptanya Afghanistan yang berdaulat, dan tidak mengancam AS, sekutunya, atau negara lain mana pun," ujar Khalilzad melalui akun Twitter pribadinya, dilansir Reuters Ahad, (1/9).

Komentar itu muncul saat Taliban menyerang Pul-e Khumri, wilayah di provinsi utara Baghlan. Serangan ini hanya selang sehari pasca penundukkan kota Kundus, oleh para pemberontak yang menguasai wilayah strategis kota ini.

Kementerian dalam negeri mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu (1/9), Ada 20 anggota pasukan keamanan Afghanistan dan lima warga sipil tewas, sementara 85 warga sipil mengalami luka-luka di kota Kunduz, selama bentrokan dengan para pemberontak Taliban.

Ada juga pertempuran di provinsi tengah Ghazni dan provinsi Laghman, sebelah timur Kabul. Sebuah ledakan di stadion sepak bola menewaskan walikota kota Faizabad utara, sementara sebuah bom pinggir jalan menewaskan sedikitnya delapan orang, termasuk wanita dan anak-anak yang bepergian dengan mobil di provinsi Balkh utara.

Tak hanya itu, serangan bom juga terjadi di provinsi Farah barat yang menewaskan dua wanita, empat anak-anak, dan dua polisi, kata pejabat kepolisian setempat.

Sementara pejabat lokal di provinsi Faryab, di perbatasan barat laut mengatakan serangan udara menewaskan sedikitnya 12 warga sipil, termasuk delapan anak-anak, tetapi kementerian pertahanan membantah laporan itu.

Meski perundingan di Doha hampir ditutup dan mencapai puncaknya, namun pertempuran terakhir telah menekankan tekad kuat Taliban untuk mencapai kesepakatan apapun, dari posisi kekuatan di medan perang.

Khalilzad tidak memberikan perincian tentang kesepakatan itu, yang diperkirakan akan membuat ribuan tentara AS ditarik dari Afghanistan, dengan imbalan jaminan keamanan oleh Taliban untuk tidak membiarkan negara itu sebagai tempat berkembangnya para kelompok militan dari luar negeri.

Suhail Shaheen, juru bicara kantor politik Taliban di Doha, mengatakan AS dan Taliban dalam diskusi menyelesaikan masalah teknis. 
"Kami berada di puncak untuk mengakhiri invasi dan mencapai solusi damai di Afghanistan," kata Shaheen melalui Twitter pribadinya.

Perjanjian itu tidak akan mengakhiri pertempuran antara Taliban dan pasukan keamanan Afghanistan, namun memungkinkan dimulainya pembicaraan damai "intra-Afghanistan," yang rencananya akan diadakan di ibukota Oslo, Norwegia.

Namun tidak jelas apakah Taliban akan setuju untuk berbicara langsung dengan pemerintah Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani yang didukung Barat, yang mereka anggap sebagai rezim asing.

Beberapa pejabat Taliban mengatakan, mereka hanya akan setuju untuk berbicara dengan para pejabat Afghanistan dalam kapasitas pribadi, bukan sebagai wakil negara, dan mereka tetap menentang pemilihan presiden yang dijadwalkan 28 September mendatang.

Perjanjian ini juga tidak menjelaskan secara rinci tentang penarikan penuh seluruh, 14.500 tentara AS dari Afghanistan, dan berapa lama penarikan pasukan akan berlangsung.

Lebih dari 20.000 tentara asing berada di Afghanistan, sebagian besar bertugas sebagai bagian dari misi yang dipimpin NATO untuk melatih dan membantu pasukan Afghanistan. Ribuan tentara AS juga terlibat dalam misi anti-terorisme yang terpisah melawan kelompok-kelompok militan seperti Negara Islam dan Al Qaeda.

Bom bunuh diri dan operasi tempur terus berlanjut. Menurut PBB, sebanyak 3.804 warga sipil, termasuk lebih dari 900 anak-anak tewas dan 7.000 lainnya terluka sepanjang tahun 2018, yang menjadi salah satu tahun paling mematikan dalam konflik di negara ini.

325

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR