Home Gaya Hidup Sarah, Program Sampah Jadi Berkah untuk Prabumulih

Sarah, Program Sampah Jadi Berkah untuk Prabumulih

Palembang, Gatra.com - Pemilahan sampah sejak dari rumah sudah menjadi kebiasaan sebagian besar warga komplek Pertamina (Komperta di Prabumulih). Hal ini terungkap dalam sosialisasi program Sampah Jadi Berkah (disingkat SARAH) bersama pengurus Persatuan Wanita Patra (PWP) PT Pertamina Asset 2, di gedung Binaria I, 10 September yang lalu.

Dalam keterangan persnya, program ini digagas oleh PT Pertamina Asset 2 Prabumulih Field dan Institut Agroekologi Indonesia (INAgri) dan melibatkan Pusat Daur Ulang (PDU) Kota Prabumulih.

Pengurus PWP Yusita mengungkapkan memilah sampah berdasar jenis sudah menjadi kebiasaan sehari-hari di rumahnya. “Sampah organik misalnya hasil menyapu di taman, saya komposkan di belakang rumah. Sampah bukan organik seperti jenis-jenis plastik, botol beling, dan lainnya, saya dimasukkan ke kantong-kantong plastik berbeda. Kadang-kadang saya trenyuh, ketika datang truk pengangkut, sampah yang sudah dipilah tadi dilempar-lempar ke bak truk yang bercampur aduk dengan jenis sampah lain,”ungkap perempuan yang telah 11 tahun tinggal di dalam komperta ini.

Akhirnya Yusita memilih strategi lain. “Jenis sampah bukan organik yang sudah dipilah berdasar jenis saya berikan ke pemulung. Sejak pemulung tak boleh lagi masuk perumahan, saya serahkan ke mbak yang mbantu di rumah untuk dia setor ke bank sampah,”ujarnya.

Hal yang sama dilakukan Yusita, Dewi, pengurus PWP ini juga tinggal di Komperta Prabumulih ini yang memanfaatkan sampah organik guna mengisi lubang biopori yang berada di pekarangan rumahnya. Untuk sampah plastik dia berharap agar pemilahan yang sudah dilakukan dari sumber (rumah) tidak lagi bercampur baik di truk apalagi di tempat pembuangan akhir (TPA).

Dalam waktu dekat, kegundahan yang disampaikan para pengurus PWP Wilayah Asset 2 diharapkan tidak akan terjadi lagi.

Enviro Senior Staff dari HSSE PT Pertamina Asset 2 Prabumulih Field Ari Winata mengatakan program Sampah jadi Berkah atau disingkat SARAH akan melakukan perbaikan manajemen pengelolaan sampah di Komperta. Pengelolaan yang dilakukan bukan hanya pengumpulan (dari sumber) dan pengangkutan (ke tempat pembuangan akhir) namun akan membangun sistem yang utuh dan terpadu, dimulai tahapan yang memiliki fungsi tersendiri.

“Kalau salah satu tahapan tidak berjalan, akan mengganggu fungsi lain. Dimulai dengan pemilahan sejak dari sumber (rumah), pengumpulan (door to door dan kolektif), pengangkutan, pengolahan, hingga pemanfaatan kembali. Melalui program SARAH, kita akan membangun pusat pengolahan kompos dan daur ulang. Lokasinya di stasiun lapangan INAgri yang sedang dibangun. Kita tidak lagi akan mengirim sampah komperta ke TPA karena beban timbulan sampah di TPA kota Prabumulih sudah sangat besar,”terangnya.

Kabid pengelolaan sampah dan limbah berbahaya kota Prabumulih, Iwan Nusmareri dalam kesempatan terpisah menyatakan dukungan kepada program ini. Berdasarkan Kebijakan dan Strategi Daerah terkait pengelolaan sampah, jumlah timbunan sampah Kota Prabumulih mencapai 127.49ton/hari. Jumlah ini akan terus bertambah dan sangat membebani TPA memiliki daya tampungnya semakin terbatas. “Program sarah dimana ada keterlibatan pihak swasta dan masyarakat, akan memberi kontribusi yang sangat berarti bagi pengelolaan sampah kota Prabumulih. Sudah tentu kami dari pemerintah kota Prabumulih akan memberikan dukungan penuh,”ungkapnya.

 

Sarah Bukan “Sampah”

Anggota Dewan Pembina INAgri Syamsul Asinar mengungkapkan penamaan sarah pada program ini secara etimologi berasal dari bahasa Rambang (salah satu suku di Prabumulih). Kata sarah, meski ada kemiripan tapi tidak terlalu tepat dengan sampah dalam bahasa Indonesia.

Sarah lebih tepat diartikan sebagai hasil sampingan atau by-product dari kegiatan produksi maupun konsumsi. Misal, dari menanam padi di huma, hasil utama adalah gabah (atau lebih tepatnya beras), sementara hasil sampingannya adalah jerami, sekam (kulit padi), bahkan dedak. Kesemua hasil sampingan ini dapat dimanfaatkan, misal dikembalikan ke lahan agar tanah menjadi subur dan bisa juga yang dijadikan pakan ternak.

Dari sisi konsumsi, misalnya ketika mengonsumsi minuman dalam kemasan botol plastik, airnya dikonsumsi maka botolnya hasil sampingan yang dapat dimanfaatkan guna dipakai ulang, didaur, atau dijual ke tempat daur ulang.

Melalui program sampah jadi berkah (Sarah), kata Syamsul ialah upaya merevitalisasi cara pandang terhadap sampah. Pada masa kini, sampah dipandang sebagai barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi dan lainnya. “Jadi sedapat mungkin, selekas mungkin, yang namanya sampah harus dibuang. Cara pandang akan menentukan perlakuan dan penanganan. Selama sarah atau sampah dipandang sebagai by-product, perlakuan dan penangannya akan berbeda.”ucapnya.

Dalam program sarah ini, semua sampah yang sudah dipilah dari sumber, akan didaurulang kemudian dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk keberlanjutan pengelolaan sampah. Jenis sampah anorganik akan diolah hingga siap didaur, sampah organik akan didaur ulang menjadi kompos untuk dikembalikan ke komperta dengan berbagai cara, pembangunan kebun contoh urban farming, pemeliharaan tanaman konservasi dan taman, bahkan warga komperta bisa mendapatkan kompos untuk berkebun di pekarangan masing-masing sehingga, sampah jadi berkah bukan sebatas nama kegiatan.

Dukungan Penuh

Ketua PWP Asset 2, Deyta E Pujianto menyatakan dukungan penuh terhadap program ini. “Sosialisasi akan kita lakukan berulang kali ke seluruh anggota PWP yang secara rutin dengan agenda pertemuan. Sosialisasi dan edukasi secara terus menerus, kita harapkan anggota PWP akan mendukung penuh sehingga program sarah dapat mencapai hasil sebagaimana diharapkan,”ucapnya.

Pada tahap awal program sarah akan dimulai dengan melibatkan 100 rumah partisipan, 1 kantor, dan 1 sekolah.

Menurutnya, program sarah akan dimulai dengan skala kecil pada tahap awal. “Kita masih ingin mendata secara rinci jumlah dan jenis sampah dari komperta Prabumulih dari hari ke hari. Data ini akan berguna untuk menyempurnakan sistem pelaksanaan program baru kemudian kita tingkatkan skalanya (scaling up). Kita yakin, dari cerita pengalaman warga komperta yang telah terbiasa memilah sampah, program ini akan melibatkan lebih banyak warga yang berpartisipasi,” pungkasnya.

 

712