Home Milenial Pemerintah Diminta Segera Bikin Hujan Buatan

Pemerintah Diminta Segera Bikin Hujan Buatan

Jambi, Gatra.com - Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Jambi, H. Usman Ermulan menyebutkan, udara yang dihirup oleh masyarakat saat ini sudah kotor. Polusi bisa berdampak buruk kepada masyarakat.

Ini imbas dari kebakaran hutan dan lahan yang tak kunjung teratasi di wilayah Provinsi Jambi. Usman meminta pemerintah betul-betul menjalani aturan Perda Nomor 2 tahun 2016 tentang Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan yang sudah dibuat itu. Kemudian mengambil langkah cepat, yakni menjalankan modifikasi cuaca berupa hujan buatan untuk mengatasi kebakaran dan polusi udara yang semakin parah.

"Karena beberapa negara luar juga sudah komplain dengan kiriman asap dari Indonesia. Termasuk Jambi bagian dari kebakaran. Tak ada jalan lain selain pemerintah harus segera mengatasi ini dengan melakukan hujan buatan, jangan sampai menunggu adanya korban," kata mantan Bupati Tanjung Jabung Barat itu, Minggu (15/9).

Usman menyarankan kepada Gubernur Jambi Fachrori Umar agar mengimbau kepada seluruh umat berdoa meminta hujan. Umat Islam misalnya, menyelenggarakan di masjid pada setiap hari Jumat yakni salat Istisqa atau meminta hujan sesuai tuntutan dalam Islam. Berharap Allah SWT menurunkan hujan agar kebakaran hutan dan lahan serta asap yang terjadi saat ini bisa segera berakhir. Salat Istisqa merupakan salat sunat yang dianjurkan dalam Islam untuk dilaksanakan ketika terjadi kemarau panjang seperti sekarang.

"Selain dari usaha di lapangan memadamkan kebakaran lahan sudah dilakukan tapi ternyata masih terjadi kebakaran lahan dan asap, juga melakukan ikhtiar berserah diri meminta agar Allah SWT menurunkan hujan," kata Usman, yang juga mantan Anggota DPR RI.

Ke depan, menurut Usman, Pemerintah Jambi harus mengonsep dan menata terhadap keseimbangan kawasan perkebunan sawit, karet serta hutan di wilayah itu. Seperti yang dilakukan di beberapa negara soal keseimbangan itu sehingga cadangan air pada saat musim kemarau.

"Harus adanya keseimbangan, Malaysia saja bisa dan kenapa kita tidak bisa," katanya.

Selain itu, Usman menjelaskan, api yang terbakar di atas lahan gambut bisa meluas hingga merembet ke pemukiman warga. Pasalnya, api di lahan gambut sulit dipadamkan karena lahan gambut sangat kering sampai kedalaman tertentu. Di bawah permukaan tanah secara lambat bara api tetap menyala sehingga sulit dideteksi dan menimbulkan asap tebal hitam.

"Sisa gambut di bawah permukaan menjadi semacam bahan bakar sehingga api yang tampak padam di permukaan, tidak berarti benar-benar padam," kata Usman.

Potensi lahan gambut di Provinsi Jambi cukup luas, lebih kurang 617.562 Hektar. Potensi gambut terdapat di Kabupaten Muaro Jambi 266.054 hektar, lahan gambut Tanjung Jabung Timur 181,237 hektar, lahan gambut Tanjung Jabung Barat 141.219 hektar, Sarolangun 26.583 hektar, Merangin 2.109 hektar, dan Kota Jambi 360 hektar. Daerah rawan Karhutla yaitu Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tebo, Kabupaten Merangin, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Bungo, dan Kabupaten Sarolangun.

Usman menambahkan, para petani maupun warga untuk tidak membuka hutan dan lahan dengan cara membakar selama musim kemarau. Kebakaran menimbulkan berbagai dampak negatif yang luar biasa. Kerusakan ekologis, menurunnya keanekaragaman hayati, perubahan iklim, serta menimbulkan asap yang dapat mengganggu kesehatan dan mengganggu aktivitas transportasi darat laut dan udara. Warga diminta lebih hati-hati dengan tidak membakar sampah di lokasi yang rawan terjadi kebakaran serta membuang puntung rokok sembarangan.

"Sebisa mungkin masyarakat menghindari asap karhutla dengan cara membatasi aktivitas di luar rumah. Apabila terpaksa ke luar ruangan disarankan menggunakan masker," Usman mengimbau.

257