Home Teknologi PLTA Batang Toru Bantah Ganggu Habitat Orang Utan Tapsel

PLTA Batang Toru Bantah Ganggu Habitat Orang Utan Tapsel

Jakarta, Gatra.com - Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru membantah tuduhan terkait perusakan habitat dan ekosistem hutan yang ditinggali oleh orangutan Tapanuli Selatan (Tapsel) di Sumatera Utara (Sumut).

Pihak PLTA menegaskan, komitmennya dalam melindungi orangutan yang berada di luar maupun di sekitar kawasan konservasi kerja PLTA di Tapsel. Selain itu, mereka juga bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan kelompok lingkungan hidup termasuk organisasi internasional PanEco.

Pengamat Lingkungan Hidup, Emmy Hafild mengatakan, ada kesalahan yang dilakukan dalam menuntut PLTA untuk tidak melakukan proyeknya. Ia menegaskan, upaya menjaga kelestarian orangutan dan pembangunan PLTA Batang Toru tidak bisa dibenturkan, karena keduanya dapat berjalan beriringan.

Baca Juga: Miliki Kendala, PLTA Batang Toru Tetap Potensial Kurangi Emisi

"Tuduhan PLTA Batang Toru bisa membuat punah populasi orangutan adalah tidak benar. Jika dilihat, sebelum 2014 ini hutan produksi terbatas, setelah 2014 itu dijadikan hutan lindung. Selain itu, PLTA ini tanahnya beli dari rakyat bukan dikasih pemerintah dari HGU. Kalau beli itu berarti sudah dibudidayakan oleh masyarakat," ujar Emmy di Jakarta, Minggu (22/9).

Communications and External Affairs Director PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE), Firman Taufick menegaskan, tidak benar tuduhan yang dilemparkan kepada PT NSHE, yang dianggap tidak berkomitmen dalam melindungi orangutan Tapsel. "Kami siap membantu jika dibutuhkan. Selama ini PLTA Batang Toru juga terus berkoordinasi dengsn BKSDA, kelompok lingkungan hidup, dan masyarakat," ujarnya.

Sementara itu, Senior Adviser on Environment and Sustainability PT NSHE, Agus Djoko Ismanto menjelaskan, pihaknya telah melakukan langkah nyata dalam melindungi orangutan di kawasan proyek PLTA. Langkah tersebut, lanjut Djoko, dengan membentuk tim monitoring bersama. "Kegiatan monitoring sedang diperkuat dengan menerapkan Smart Patrol. Nanti akan ada call center, dan petugas maupun relawan dapat melaporkan secara real time," ujarnya.

Baca Juga: PLTA di Sumut Ancam Orangutan, Aktivis di Yogya Demo

Djoko juga mengatakan pihaknya telah menggandeng ahli orangutan dan melakukan pengkayaan tanaman pakan di areal koridor. Selain itu, ia juga merencanakan merehabilitasi kebun yang terganggu oleh satwa. "Kami akan hubungkan habitat yang terpisah dengan membangun jembatan perlintasan satwa arboreal," jelasnya.

Sebelumnya, PLTA Batang Toru dituntut oleh masyarakat dan pegiat lingkungan agar segera dihentikan. Pasalnya mereka menilai, kerja proyek tersebut menganggu kelangsungan hidup orangutan di alam Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.

Hal tersebut dianggap penting, mengingat populasi orangutan yang kurang dari 800 ekor. Bahkan, pada 2017, International Union for Conservation of Nature memasukkan orangutan Tapanuli Selatan ke dalam daftar merah spesies yang hampir punah.

 

247