Home Kesehatan Kualitas Udara di Sumbar Sempat Sentuh Level Berbahaya

Kualitas Udara di Sumbar Sempat Sentuh Level Berbahaya

Padang, Gatra.com - Dua pekan terakhir, beberapa wilayah Sumatra Barat (Sumbar) dilanda kabut asap. Proses belajar-mengajar beberapa sekolah di kabupaten dan kota yang terdampak asap tersebut, akhirnya diliburkan.

Kabut asap yang diduga kiriman dari Riau dan Jambi akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tersebut, bahkan sudah merata menyelimuti Sumbar. Bahkan siang tadi, tepatnya pukul 12.10 WIB kualitas udara di Sumbar dinyatakan sempat menyentuh level berbahaya.

Namun status tersebut tidak berlangsung lama, sebab satu jam kemudian statusnya turun. Meskipun begitu, status udara di Sumbar hingga saat ini masih di level sangat tidak sehat. Perubahan status yang mendadak ini, dinilai karena adanya faktor angin yang menumpuk pada jam tertentu.

"Pukul 12.10 WIB tadi siang, PM10 mendekati level berbahaya. Setiap waktu kondisi ini berubah, baik karena faktor kondisi meteorologis atau cuaca," kata Kepala Stasiun Global Atmosphere Watch (GAW) Bukit Kototabang, Agam, Wan Dayantolis, Ahad (22/9).

Ia menjelaskan, apabila dalam kondisi tertentu angin kencang, maka polutan akan cenderung berkurang. Hal ini dikarenakan arah angin menentukan araha polutan yang tersebar. Selain itu, buruknya kualitas udara di Sumbar juga disebabkan adanya faktor musim kemarau. Pasalnya, saat kemarau debu akan banyak masuk ke atmosfer.

"Nah, apabila banyak terjadinya hujan, tentu atmosfer tadi akan semakin bersih, karena hujan itu bersifat mencuci udara," ujar Kepala GAW Kototabang itu.

Sebelumnya, GAW Kototabang juga sudah mencatat, Ahad (22/9) pukul 10.00 WIB, adanya peningkatan kabut asap di Sumbar. Nilai PM10 mencapai 221 mikrogram per m3. Nilai tersebut berada di atas baku mutu PM10, yakni 150 ug per m3. Kemudian, parameter Aerosol Opti al Depth (AOD) nilainya masih di bawah 1,6.

Kondisi itu, kata Wan kualitas udara terkontaminasi partikulat padat, seperti debu dan partikel asap kebakaran. Namun daerah yang terpapar cukup parah, yakni wilayah perbukitan arah timur Sumbar. Diantaranya, Padang Panjang, Bukittinggi, Sawahlunto, dan Payakumbuh.

Ia juga menyebutkan, berdasarkan sebaran asap dari satelit Himawri menunjukkan asap terpantau merata di seluruh Sumbar. Artinya, masih banyak terlihat hotspot pada wilayah tenggara dan timur di luar Sumbar. Namun untuk titik panas (hotspot), terpantau setidaknya ada 9 titik di Sumbar.

Wan menjelaskan, kesembilan titik itu terdiri dari lima di Dharmasraya, satu Mentawai, dua di Pesisir Selatan, dan satu di Solok Selatan. Dengan demikian, pihaknya mengimbau agar masyarakat mengurangi aktivitas di luar rumah pada pagi hinga malam hari. Tujuannya, agar asap tidak berefek ke kesehatan.

"Potensi kosentrasi polutan, umumnya akan mencapai maksimum pada sing hari, dan sore menurun. Malam hari polutannya kembali naik, tapi tidak setinggi waktu siang hari," ungkapnya.

226