Pekanbaru, Gatra.com - Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Ir Gulat Medali Emas Manurung, MP berharap citra kelapa sawit Indonesia akan tetap positif.
Sebab menurut Gulat, selama ini kelapa sawit menjadi komoditi yang paling sering terpapar kampanye negatif yang tujuannya menjatuhkan harga kelapa sawit itu di pasaran Internasional.
"Kampanye negatif itu hanya untuk menjatuhkan harga Crude Palm Oil (CPO), biar importir membeli murah," katanya kepada Gatra.com, Senin (30/9).
Adapun ekspor minyak kelapa sawit Indonesia secara keseluruhan termasuk CPO dan produk turunannya, (biodiesel dan oleochemial) pada tahun 2018 sudah mencapai 34,71 juta ton. Angka itu naik dari capaian tahun sebelumnya yang hanya berkisar 32,18 juta ton.
Peningkatan ekspor tadi kata Gulat menjadi bukti kalau pasar Internasional semakin berterima dengan CPO Indonesia. Dan itu sekaligus menunjukkan bahwa komoditi minyak sawit lebih unggul dibanding bahan baku minyak nabati lainya seperti jagung, kedelai dan tanaman biji-bijian lainya.
"Kalau pun Eropa sedang panen besar, tetap saja mereka tidak akan sanggup menggunakan bahan baku minyak nabati dari Kedelai, Jagung, rapeseed dan Bunga Matahari hingga 100 persen. Sebab biaya bahan bakunya bisa melonjak 9,8 kali lipat," katanya.
Lantaran itulah kemudian, Eropa melirik sawit. Supaya bisa membeli murah, kampanye negatif dilakukan. "Apapun ceritanya, mereka tetap butuh sawit, tapi harus dengan harga murah," kata auditor ISPO ini.
