Jakarta, Gatra.com - Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siswanto, menjelaskan, ada beberapa pengaruh yang signifikan pada kesehatan akibat fenomena perubahan iklim yang terjadi saat ini.

Misalnya, kata Siswanto, heat cramps yang merupakan gejala nyeri otot dan spasme, sebuah kontraksi otot yang tiba-tiba dan involunter. Lalu ada heat exhaustion yang masuk ke dalam kategori hypovolemic, yakni merupakan kondisi kekurangan cairan ekstraseluler. Selanjutnya, heat stroke yang paling berakibat fatal. 

Selain dampak langsung bagi kesehatan, sambung Siswanto, terdapat pula dampak tidak langsungnya. Populasi yang berada di area yang terkena suhu panas berdampak secara perlahan akibat suhu tersebut. 

"Di Jawa naik satu derajat selama 20 tahun terakhir. Terjadi dinamika perubahan. Makhluk yang paling beradaptasi itu bakteri dan serangga. Semakin besar makhluknya, adaptasinya semakin berkurang," ujarnya pada acara seminar soal perubahan iklim di Gedung Kemenkes, Jakarta, Rabu (2/10).

Menyangkut ekosistem, ia menjelaskan bahwa dampaknya berpengaruh pada persediaan air, makan, perbiakan vector penyakit, perubahan gaya hidup, serta ketahanan masyarakat terhadap penyakit. 

"Ada banjir, kekeringan, Karhutla, karena berhubungan dengan perubahan iklim. Semua hal ini adalah akibat daripada perubahan iklim," katanya.