Home Ekonomi Penyelematan Temuan Kuno Sriwijaya Hadapi Dilema

Penyelematan Temuan Kuno Sriwijaya Hadapi Dilema

 

Palembang, Gatra.com – Aksi pencarian barang-barang kuno yang makin gencar dilakukan masyarakat berimbas makin hilangnya peninggalan sejarah Sriwijaya yang dimiliki Sumsel. Selain gencar mencari, hasil penemuan yang diperoleh masyarakat juga sudah menciptakan “pasar” tersendiri terutama bagi kalangan pengumpul (kolektor) benda sejarah. Penyelamatan temuan kuno Sriwijaya di Sumsel tengah menghadapi dilema.

Kondisi ini, kata Kepala Badan Arkeolog Sumsel, Budi Wiyata dapat diselesaikai jika adanya kerjasama yang baik, antara lembaga, terutama pemerintah daerah. Perkembangan aksi perburuan yang dilakukan masyarakat juga dihadapkan pada cerita-cerita keberhasilan penemuan, yang tergiur harga jual yang tinggi. Di sisi lain, masyarakat terutama masyarakat lokal lamban laun akan kehilangan identitas sebagai bagian dari lokasi peradaban sejarah di wilayahnya.

“Ini yang menurut saya, perlu adanya simultan bersama. Setiap steakholder, kepala daerah, kepolisian, masyarakat, kades, lembaga penelitian, arkeolog, lembaga perlindungan hingga pemilik lahan terutama perusahaan, duduk bersama. Perlu adanya rembuk, agar permasalahannya diurai dengan solusi,”ungkap dia dihubungi Gatra, Sabtu (5/10).

Selain faktor terbukanya akses jalan menuju lokasi yang mengarah ke pesisir timur OKI, keinginan masyarakat berburu juga disebabkan beberapa faktor, diantaranya harga komiditas ekonomi, seperti karet yang tengah jatuh. Selain itu, masyarakat tergiur akan cerita-cerita penemuan benda yang dijual berharga tinggi. Padahal, sambung Budi, pencarian juga ada yang tidak berhasil (tidak memperoleh apa-apa). “Jika saat ini makin ramai, faktor pendorongnya juga banyak. Saya beberapa kali penelitian di sana dan menemukan adanya aspek saling hubungan, atau saling memicu aksi pencarian tersebut. Seperti cerita keberhasilan itu disampaikan dari mulut ke mulut, sehingga yang melakukan aksi, cendrung satu keluarga atau bertetangga,” terangnya.

baca juga : https://www.gatra.com/detail/news/449117/ekonomi/tergiur-harga-jual-tinggi-emas-kuno-sriwijaya-banyak-diburu

Faktor lainnya, kawasan tersebut merupakan kawasan perusahaan yang belum termanfaatkan, atau belum ditanamin, namun sudah dibuka sebagai persiapan bertanam. Dengan logikanya, akses menuju dan melakukan aksi pencarian maka semakin dilakukan,.

”Saat harga karet jatuh, musim kemarau menyebabkan ikan berkurang mereka awalnya coba-coba. Siapa tauu beruntung, seperti si A yang menemukan ini dan itu. Rata-rata demikian, anggapan warga.”kata Budi

Di sisi lain, perusahaan pemilik lahan konsesi juga secara langsung tidak melarang atau khawatir juga mendukung aspek pelestarian yang akan dilakukan atas pertimbangan sisi ekonomi dan bisnis usaha. Setelah kebakaran besar di OKI, 2015 lalu, Badan Restorasi Gambut (BRG) pernah menelurkan keinginan mendorong lokasi-lokasi yang dinyakini menyimpan banyak temuan benda sejarah dibuatkan sejenis konsep taman sejarah, selain menanam tanaman yang sudah langka juga menyimpan benda-benda sejarah.

Kata Budi, pihaknya pernah diajak berkordinasi untuk usulan tersebut mengingat indikasi lokasi temuan barang-barang kuno tersebut berada di lahan konsesi perusahaan.

“Untuk hal ini, juga tentu perlu adanya dukungan perusahaan. Karena berdasarkan survei atas lokasi potensi penemuan, berada di lahan perusahaan. Tapi “kan survei atas potensi penemuan tersebut baru dari sisi permukaan saja,”ungkapnya.

baca juga : https://www.gatra.com/detail/news/448952/ekonomi/banyak-temuan-peninggalan-sriwijaya-di-konsesi-perusahaan

Ia pun berharap agar dilematis atas perburuan barang-barang kuno ini bisa direspon dengan adanya aksi rembuk bersama sekaligus mensosialisasikan kepada masyarakat agar terus melaporkan temuan karena negara juga memiliki hak melindungi sebagai indentitas bangsa.

 

 

356