Jakarta, Gatra.com - Perubahan iklim menjadi isu lingkungan yang sering dibicarakan banyak orang. Fenomena ini ditandai dengan meningkatnya suhu bumi dan menurunnya intensitas hujan di banyak negara, termasuk Indonesia.

Menurut Business Manager of World Resources Institue (WRI) Indonesia, Andika Putraditama, suhu bumi terus meningkat sejak tahun 1940. Hingga tahun 2019, hampir seluruh bagian bumi memiliki suhu lingkungan yang cenderung panas.

Selain itu, penyebab utama dari perubahan iklim adalah emisi gas buang atau gas sisa hasil pembakaran. Untuk kasus Indonesia, deforestasi merupakan penyumbang emisi yang paling besar.

"Deforestasi itu ternyata menyumbang 49% dari total emisi, sektor kedua energi, batu bara," ujar Andika dalam diskusi bertema Climate Change 101 for Youth yang diadakan di Marc Hotel Pasar Baru, Jakarta, Sabtu (5/10).

Deforestasi berkaitan dengan kebakaran hutan yang justru seringkali dimanfaatkan sebagai pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit. "Kebakaran hutan itu, lahannya sudah jadi komoditas. Ketika dibakar dan dijual, harga lahannya jadi lebih mahal dari yang belum dibakar,"  Andika menerangkan. 

Salah satu upaya yang dapat dilakukan masyarakat untuk mengatasi perubahan iklim adalah dengan mengubah perilaku seperti mengurangi ketergantungan penggunaan plastik dan beralih menggunakan transportasi umum. Namun, yang paling penting masyarakat perlu mendesak pemerintah untuk berkomitmen mengurangi emisi gas buang.

"Indonesia sudah memiliki komitmen dalam tingkat dunia bahwa kita akan menurunkan emisi sebesar 29% di tahun 2030. Yang perlu kita lakukan adalah mengingatkan terus menerus ke pemerintah bahwa mereka harus menepati janjinya," ujar Andika.