Home Ekonomi Anak Petani Apkasindo Ini Jadi Juragan Cabe Rawit di Siak

Anak Petani Apkasindo Ini Jadi Juragan Cabe Rawit di Siak

Siak, Gatra.com - Dua lelaki beda usia itu nampak asyik memetik cabe rawit di rerimbunan pohon yang tumbuh subur di belakang rumah mereka.

Lelaki pertama bernama Ismail 52 tahun, seorang petani yang bermukim di Jalur Tiga, Kampung Sialang Baru, Kecamatan Lubuk Dalam, Kabupaten Siak, Riau. Dan lelaki yang satu lagi adalah Sukron Jamaludin 22 tahun, anak dan sekaligus gurunya menanam cabe.

Ayah lima anak ini tak pernah menyangka kalau dari lahan 1000 meter itu, koceknya selalu dijejali duit sekitar Rp24 juta sebulan. Dan itu sudah terjadi hampir empat bulan belakangan.

Kalau saja Sukron tak pulang kampung setelah dua tahun merantau di Kalimantan, tak akan pernah Ismail menikmati gelontoran duit sebanyak itu.

"Pak, gimana kalau kita nanam cabe saja di belakang rumah. Sawitnya kita tumbang. Saya ingin mempraktekkan ilmu saya," pinta Sukron kepada ayahnya.

Meski rada berat, Ismail mengabulkan permintaan anaknya itu. Sekitar 46 batang pohon kelapa sawit yang selalu menghasilkan duit sekitar Rp1,5 juta, ditebang.

Setelah pembersihan batang kelapa sawit beres, Sukron pun memulai pembibitan tiga bungkus bibit cabe rawit. Ismail bertugas membikin jaluran untuk tanaman cabe itu kelak, Sukron yang mengatur skenarionya. Termasuk gimana cara menanam hingga merawat cabe itu.

"Setelah lebaran kemarinlah kami mulai. Dari proses awal nanam sampai panen, butuh waktu sekitar 3 bulan 15 hari. Pembenihan 30 hari, habis itu ditanam," cerita Ismail saat berbincang-bincang dengan Gatra.com, Rabu (9/10) di Siak.

Sukron kata Ismail pernah dikuliahkan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) di Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi, Bekasi, Jawa Barat (Jabar). "Dari situlah dia dapat ilmunya itu," katanya.

Tadinya kata Ismail, setelah anaknya tamat, langsung bekerja di KUD daerah masing-masing. Sukron kerja di KUD yang ada di kampungnya.

Tapi begitu kelapa sawit di kampungnya masuk pada fase replanting, situasi menjadi tidak kondusif. Gara-gara itulah Sukron memutuskan merantau ke Kalimantan.

Yang membikin Ismail takjub kepada anaknya, bahwa ternyata batang dan daun sawit yang ditebang tadi tidak terbuang begitu saja. Sukron mampu menyulapnya menjadi pupuk kompos (organik).

"Sekarang kami sudah 15 kali panen cabe. Panen setiap hari jumat. Sekali panen 200 kilogram. Harga jual perkilogram Rp40 ribu. Ada 5 orang warga setempat yang membantu memetik," cerita Ismail.

Untuk memasarkan hasil panen tadi kata Ismail, dia tak perlu pusing. Ada saja yang datang membeli. Selain dijual di Siak, cabe itu juga sampai ke Bengkalis dan Tanjung Balai Karimun.

"Si pembeli kawan anak saya kuliah. Dialah yang memasarkan. Biasanya saya antar pakai mobil ke Siak Kecil Bengkalis. Sebab pembelinya tinggal di sana. Saat ini saya sedang melakukan pengembang lahan. Ada sekitar setengah hektar di jalur 4 di Kampung," kata Ismail.


Reporter: Sahril Ramadana

 

2144