Solo, Gatra.com – Beberapa hari ini suhu Kota Solo terasa panas tak seperti biasanya. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan kondisi ini akan berlangsung hingga bulan November.

Di aplikasi cuaca di gawai, suhu Kota Solo berkisar antara 38 hingga 40 derajad Celcius. Salah satu warga Solo, Wijayanti (35), bilang cuaca panas ini membuatnya malas beraktivitas di luar rumah.

”Pekerjaan saya kan di luar rumah, tapi kalau kondisinya semacam ini saya lebih sering berada di ruang ber-AC. Atau kalau tidak ya istirahat di minimarket sebentar untuk mendinginkan suhu tubuh,” ucap pekerja swasta ini, Rabu (23/10).

Namun cuaca panas ini tidak selalu merugikan. Beberapa pihak diuntungkan karena cuaca amat panas ini. Salah satunya penjual es, Widarmoko (56). Dalam sehari dia biasanya menjual 90 kantong es. Dengan cuaca panas ini, permintaan es meningkat hingga dua kali lipat.

”Beberapa hari ini 200 kantong terjual. Harganya tetap Rp10 ribu, tidak saya naikkan,” ucapnya. Namun cuaca panas ini membuat es tak bertahan lama dan lebih cepat mencair.

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Jawa Tengah Iis Widya Harmoko mengatakan cuaca saat ini memang lebih panas daripada biasanya. BMKG telah menghitung suhu dengan peralatan terstandar di Bandara Adi Soemarmo.

”Bandara Adi Soemarmo yang melakukan pengamatan suhu dan divalidasi dari BMKG. Data ini bisa dipertanggungjawabkan. Namun kebanyakan saat ini orang menggunakan gawai untuk pengukuran suhu. Sayangnya, suhu di gawai tidak valid,” ucapnya.

Padahal, secara klimatologi, suhu udara memang paling tinggi terjadi di bulan Oktober. Kondisi ini wajar dan menjadi fenomena tahunan. ”Makanya ada fenomena hari tanpa bayangan. Ini juga terjadi di bulan Oktober,” ucapnya.

Hujan diperkirakan turun pada pertengahan November. Dari hitungan BMKG, setelah memasuki suhu tinggi, suhu udara akan turun pada akhir Oktober. ”Suhunya menurun tapi belum hujan. Baru pertengahan November kami perkirakan hujan,” ucapnya.