Home Ekonomi Tingkatkan Daya Saing, Kemendag Dorong Sislognas

Tingkatkan Daya Saing, Kemendag Dorong Sislognas

Jakarta, Gatra.com - Kepala Badan  Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3), Kementerian Perdagangan, Kasan mengatakan, sedang mendorong adanya sistem logistik nasional (sislognas) untuk mendorong beberapa produk manufaktur yang memiliki daya saing di pasar global.
 
Menurutnya, berbagai wilayah di Indonesia berpotensi sebagai sentra produksi bahan baku, pengolahan/industri, serta konsumsi. Sislognas bertugas menghubungkan tiga sentra tersebut untuk mendukung transformasi ekonomi. 
 
"Sislognas yang berfungsi dengan baik akan mengubah tantangan kondisi geografis. [Hal ini] yaitu mengintegrasikan daratan dan lautan Indonesia menjadi pendorong daya saing jika berkompetisi dengan negara lainnya," tuturnya kepada Gatra.com melalui keterangan tertulis, Kamis (31/10).
 
Selanjutnya, pemerintah memiliki kewenangan untuk menerbitkan kebijakan yang mengatur sislognas. Tingkat efektivitas kebijakan tersebut dapat tercermin dari kinerja logistik nasional. 
 
"Sektor logistik di Indonesia sudah berjalan cukup baik meskipun masih banyak tantangan yang dihadapi. Untuk itu, perbaikan kinerja logistik nasional merupakan tanggung jawab semua pihak, tidak hanya Pemerintah tapi juga pelaku usaha logistik," tambahnya.
 
Menurut Logistic Performance Index yang dikeluarkan Bank Dunia setiap dua tahun sekali, Indonesia berada pada peringkat ke-46 dari 160 negara pada 2018 atau meningkat dibandingkan tahun 2016 yang berada di peringkat ke-63.
 
"Kebijakan yang diambil oleh masing-masing K/L dapat saling mengisi dan tepat sasaran untuk meningkatkan efisiensi sistem logistik nasional sehingga daya saing nasional dapat meningkat," terangnya.
 
Namun, data dari Frost and Sullivan tahun 2019 memunjukkan biaya logistik Indonesia mencapai sekitar 24% dari Gross Domestic Product (GDP). Nilai ini tertinggi dibandingkan negara-negara Asia lainnya yang berkisar antara 8%-20% dari GDP. 
 
Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Esther Sri Astuti juga mengatakan, mahalnya biaya logistik di Indonesia. Esther menuturkan, tingginya biaya logistik Indonesia menyebabkan produk manufaktur Indonesia tidak kompetitif di pasar internasional.
 
"Misalnya kirim barang dari jakarta ke Indonesia timur, katakan Makassar atau Papua, ongkosnya US$2000 per kontainer, sedangkan Jakarta-Singapur US$ 300. Selanjutnya, diperlukan kebijakan agar biaya logistik dapat turun, sehingga biaya dalam melaksanakan bisnis (doing of business) turun.," ungkapnya.
 
145