Home Milenial Antisipasi Climate Change, Indonesia Harus Ikuti Tren

Antisipasi Climate Change, Indonesia Harus Ikuti Tren

Jakarta, Gatra.com - Climate change memicu berbagai negara menggalakkan penggunaan energi bersih. Hal ini untuk menekan emisi karbon yang tercipta dari penggunaan energi berbahan fosil. Menanggapi persoalan itu, Ketua Dewan Penasihat Indonesia Clean Energy Forum (ICEF), Prof. Dr. Kuntoro Mangkusubroto mengatakan, Indonesia harus segera mengikuti tren global yang sudah mulai mendorong penggunaan energi terbarukan.

Kuntoro menjelaskan, terdapat dua contoh kasus dampak dari climate change yang saat ini menjadi perhatian seluruh dunia. Pertama adalah es di daerah kutub yang semakin cepat pencairannya. Kemudian, tanah beku atau permafrost di Siberia yang meleleh dengan cepat. 

“Pelumeran es di kutub utara sangat cepat dan mengkhawatirkan, Kira-kira dalam kurun waktu 20 tahun ini sudah ada kenaikan hingga dua meter. Permafrost di Siberia juga. Masalahnya, saat tanah ini mencair dia tidak hanya berubah menjadi cairan, tetapi melepaskan gas metan ke atmosfer. Ini yang sangat susah,” ucap Kuntoro saat ditemui di acara Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2019 di The Tribrata, Jakarta, Rabu (13/11).

Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan, Indonesia perlu meninjau ulang target Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) supaya lebih realistis dan bisa dicapai.

Fabby menuturkan, di sektor kelistrikan, target pembangunan untuk pemanfaatan energi terbarukan sebagai pembangkit listrik mencapai 10 hingga 16 Giga Watt (GW). Sementara itu, yang tercapai hanya 1300-1400 Mega Watt (MW).

“Sekarang yang dibutuhkan itu political willingness saja. Contoh Vietnam. Dalam waktu 12 bulan, dia bisa bangun 4,5 GW dari solar. Negara seperti Vietnam bisa, kuncinya pemerintah punya political will, feed in tariff, dan dikasih harga supaya investor masuk,” ucap Fabby.

Kuntoro menambahkan, regulasi di Indonesia perlu direvisi agar mendorong pemanfaatan energi terbarukan. Menurutnya, Indonesia sebenarnya memiliki pabrik panel tenaga surya yang terletak di Bogor, tetapi hasil produksinya harus diekspor karena tidak bisa dijual di dalam negeri. Peraturan mengenai ekspor hasil panel tenaga surya perlu dibenahi. 

“Harus ada regulasinya yang revolusioner. Hati-hati, tidak lama lagi batu bara akan jadi musuh dunia. Indonesia masih tergantung pada tenaga batu bara untuk pembangkit listriknya. Ini harus segera dilakukan perubahan,” tutur Kuntoro.

891