Home Kebencanaan Tak Perlu Kentongan, Ganjar: EWS Berbunyi Tiap 10 cm Longsor

Tak Perlu Kentongan, Ganjar: EWS Berbunyi Tiap 10 cm Longsor

Slawi, Gatra.com - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengecek alat pendeteksi longsor yang dipasang di Desa Dermasuci, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal, Selasa (7/1) sore. Keberadaan alat tersebut diharapkan bisa mencegah adanya korban saat terjdi longsor di daerah rawan tanah bergerak itu.

"Di Dermasuci sudah dipasang early warning system (EWS) alat pendeteksi longsor. Dipasang di daerah yang diperhitungkan rawan. Setiap (tanah bergerak) 10 senti dia akan bunyi," kata Ganjar.

Menurut Ganjar, setelah dipasang, yang diperlukan selanjutnya adalah pemahaman warga terkait fungsi alat dan apa yang harus dilakukan jika terdengar bunyi peringatan dari alat yang pemasangannya dilakukan oleh tim dari Universitas Gadjah Mada tersebut.

Untuk itu, warga harus diberikan sosialisasi secara menyeluruh mulai dari fungsi dan cara kerja alat serta jalur dan tempat evakuasi yang harus dituju untuk menyelamatkan diri jika terdengar bunyi peringatan longsor.

"Masyarakat harus tahu. Telinganya haru familier dengan bunyi itu. Tidak perlu pakai kentongan atau apa. Bisa dibantu dengan teriak. Lari. Larinya ke mana? ke masjid. Jalur evakuasinya dari rumah ke majid itu hanya bisa ditunjukkan dengan latihan," ujar Ganjar.

Koordinator Lapangan Pemasangan Landslide EWS Gadjah Mada, Nathannael Kresna Yudha mengatakan, alat yang dipasang di Desa Dermasuci yakni alat pengukur curah hujan dan alat pengukur rekahan tanah.

"Pemasangan tahun 2019. Tahapan pemasangannya dari Juli," kata Nathannael, Selasa (7/1).

Nathannael menjelaskan, alat pengukur curah hujan dipasang untuk memberikan peringatan jika curah hujan tergolong tinggi dan berisiko menyebabkan terjadinya tanah longsor.

"Jika curah hujan tinggi, lebih dari 30 milimiter per jam itu berisiko longsor. Maka alat ini akan memberikan peringatan agar warga waspada," jelasnya.

Sedangkan alat pengukur rehanan tanah berfungsi untuk memberikan peringatan kepada warga jika terjadi rekahan tanah sudah mencapai 10 sentimeter. "Kalau rekahannya sudah 10 sentimeter, warga harus mengungsi," ujar Nathannael.

Menurutnya, tahapan pemasangan kedua alat tersebut juga disertai dengan pembentukan tim siaga bencana yang beranggotakan 15-20 warga. Tim ini bertugas memantau peringatan dini yang muncul dari alat dan selanjutnya memberitahukan ke warga.

"Salah satu potensi kendala adalah suara kurang keras saat hujan lebat dan biasanya ada rumah warga yang atapnya pakai seng jadi tidak dengar. Makanya harus ada yang memantau dan tiap dua minggu sekali mengecek alatnya," terangnya.

Bupati Tegal Umi Azizah mengatakan, setelah ada alat pendeteksi dini longsor, masyarakat diharapkan sudah memahami langkah-langkah yang harus dilakukan sehingga mengurangi risiko bencana.

"Ketika alat bunyi, masyarakat sudah paham dan mempersiapkan surat-surat penting dan berharga untuk diamankan dan cari tempat evakuasi. Petugas sosialisasi ke warga sudah disiapkan dan simulasi juga sudah diagendakan," kata Umi.

Umi mengungkapkan, alat pendeteksi dini longsor juga akan dipasang di sejumlah wilayah lain yang rawan longsor di Kabupaten Tegal, di antaranya di Kecamatan Bumijawa.

291