Home Ekonomi Digempur Covid-19, Garuda Indonesia Ajukan Talangan Rp8,5 T

Digempur Covid-19, Garuda Indonesia Ajukan Talangan Rp8,5 T

Jakarta, Gatra.com - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengusulkan skema Mandatory Convertible Bond (MCB) dengan dana talangan sebesar Rp8,5 triliun dari pemerintah. Tenor diusulkan untuk tahun dengan pemerintah dan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero), sebuah Badan Layanan Umum (BLU) di bawah Kementerian Keuangan, sebagai standby buyer.

Direktur layanan pengembangan usaha dan TI, PT Garuda Indonesia Ade Susardi mengatakan bahwa Covid-19 memberi dampak siginifikan terhadap cost Garuda Indonesia. Pasalnya, pada bulan Mei, rata-rata hanya ada 30 penerbangan dalam waktu sehari.

Kendati demikian, saat ini jumlah bertambah menjadi sekitar 40 penerbangan dalam sehari dengan jumlah okupansi penumpang hanya 40 persen dalam satu kali penerbangan. Di waktu normal, Garuda bisa melayani sekitar 330 penerbangan dalam waktu satu hari dengan okupansi mencapai 80 persen.

Dengan demikian, menurut Ade, kondisi Garuda masih belum stabil apalagi menguntungkan. "Talangan dari negara berupa MCB dalam tiga tahun harus dikembalikan, dan jika tak bisa dikembalikan otomatis menjadi penempatan modal negara (PMN)," kata Ade pada telekonferensi The Habibie Center, Rabu (15/7).

Ketua Dewan Pembina The Habibie Center, Ilham Akbar Habibie, mengatakan bahwa Covid-19, yang merupakan fenomena global, memberi dampak pada maskapai penerbangan di seluruh dunia. Pandemi Covid-19 membawa penurunan yang sangat drastis jika dibandingkan fenomena global serupa seperti pada flu burung, 911, atau virus SARS.

"Drastis sekali dampak terhadap semua airline di dunia, dan Indonesia bukan menjadi suatu masalah yang khusus. Di manapun sektor penerbangan sangat terkena," kata Ilham pada kesempatan yang sama.  

Secara umum, terlepas daripada wabah saat ini, pengguna sektor penerbangan di Indonesia hanya mencakup sepertiga jumlah penduduk Indonesia. Yang berarti kurang dari seratus juta penerbangan dalam setahun. Jika dibandingkan dengan Amerika Serikat, dengan jumlah populasi sebesar 320 juta, angka yang didapat bisa mencapai satu miliar penerbangan.

"Ini harus diseriuskan karena berkaitan dengan penguasaan ekonomi, penguasaan teknologi, dan penguasaan logistik. Jika Covid-19 berkepanjangan, ini akan menjadi sulit bagi sektor penerbangan," ujar Ilham.

433