Home Gaya Hidup Muhammadiyah-NU Cabut, Kemendikbud Disebut Lupa Sejarah

Muhammadiyah-NU Cabut, Kemendikbud Disebut Lupa Sejarah

Yogyakarta, Gatra.com - Mundurnya dua ormas Islam, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) dari  program organisasi penggerak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dinilai sebagai preseden buruk. Kemendikbud juga disebut lupa sejarah.
 
Pernyataan ini disampaikan oleh anggota Komite III Dewan Perwakilan Daerah asal Daerah Istimewa Yogyakarta, Hilmy Muhammad, kepada Gatra.com lewat pernyataan tertulis, Kamis (23/7).
 
"Mundurnya kedua ormas tersebut tidak cukup hanya dihormati, melainkan harus menjadi pertimbangan yang serius," ujar politisi NU ini.
 
Pada 17 Juli lalu, Lembaga Pendidikan Ma'arif NU dan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah PP Muhammadiyah memutuskan mundur dari program andalan Menteri Nadiem Makarim itu.
 
Menurut Hilmy, langkah NU dan Muhammadiyah itu wajib menjadi perhatian karena dikhawatirkan menjadi preseden buruk bagi keberlangsungan program tersebut.
 
Hilmy menjelaskan mundurnya dua ormas itu merupakan kehilangan besar dan berimbas pada legitimasi program Kemendikbud tersebut. Oleh sebab itu, suara NU dan Muhammadiyah perlu diperhatikan.
 
"Concern mereka, NU dan Muhammadiyah, terhadap pendidikan luar biasa hingga hari ini, bahkan mengisi ruang-ruang yang tidak mampu diisi Kemendikbud," ujarnya.
 
Menurut Hilmy, sumbangsih Muhammadiyah dan NU amat besar dan harus diimbangi dengan perhatian yang cukup. Selain itu, kata Hilmy, langkah dua ormas Islam itu menandakan bahwa Kemendikbud lupa sejarah.
 
"Kalau kriterianya adalah organisasi penggerak, terbukti NU dan Muhammadiyah yang selama ini dapat menggerakkan masyarakat," katanya.
 
Hilmy juga menyatakan program organisasi penggerak dapat diikuti ormas yang peduli terhadap mutu pendidikan, bukan untuk lembaga yang telah memiliki anggaran tetap dan dibentuk oleh suatu perusahaan.
 
Program ini bertujuan memberi pelatihan dan pendampingan bagi para guru penggerak demi meningkatkan kualitas dan kemampuan siswa. Kemendikbud mengalokasikan anggaran Rp567 miliar per tahun untuk membiayai pelatihan atau kegiatan oleh organisasi terpilih.
 
Organisasi yang terpilih dibagi tiga kategori, yakni gajah, macan, dan kijang. Kategori 'gajah' mendapat anggaran maksimal Rp20 miliar per tahun, 'macan' Rp5 miliar per tahun, dan 'kijang' Rp1 miliar per tahun.
 
Lembaga bentukan perusahaan besar, Sampoerna dan Tanoto Foundation, disebut terpilih dalam program organisasi penggerak. Karena itu, NU dan Muhammadiyah mundur dari program itu.  
956