Home Ekonomi Bagaimana Sektor Properti Bertahan di Tengah Kelesuan?

Bagaimana Sektor Properti Bertahan di Tengah Kelesuan?

Jakarta, Gatra.com – Kondisi pandemi Covid-19 membawa dampak yang besar terhadap industri properti. Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) telah menurunkan aktivitas pergerakan masyarakat sebesar 40,4%. Beberapa sektor properti terpengaruh oleh badai pandemi misalnya sektor residensial, mal-retail, perkantoran, sekolah dan rumah sakit.

Untuk properti residensial, pembeli segmen end user terkena dampak negatif disebabkan adanya gangguan bisnis, pengurangan gaji, PHK dan lain-lain. Di samping itu pembeli di segmen investor juga akan menunda pembelian. Sementara itu properti mal-retail dan hospitality terkena pukulan cukup berat karena kunjungan yang menurun. Yang paling terdampak yakni hotel karena okupansinya yang menurun tajam.

Wakil Ketua DPD REI DKI Jakarta, Chandra Rambey mengatakan indikator tersebut menunjukkan sektor properti mengalami kelesuan. Hotel dan apartemen menurutnya mengalami penurunan tajam dengan berkurangnya mobilitas baik bisnis maupun wisata. “Bahwa diyakini hotel yang paling terdampak walaupun long weekend di Bali sekarang sudah mulai ramai. Hampir 64% orang mempercayai nilai hotel turun di atas 10 persen. Yang agak miris ada yang berpendapat 31,5% hotel terdampak,” katanya.

Sebelumnya REI baru-baru ini melakukan studi dimana sebagian besar responden (64,5%) berpendapat hotel akan mengalami dampak penurunan nilai mencapai 11%-40%. Sementara offices diyakini akan mengalami penurunan nilai pada kisaran 5%-20% yang dipersepsikan oleh 63,9% responden.

Sektor residensial, menurut studi REI, diperkirakan akan mengalami penurunan nilai tidak lebih dari 10% yang dipersepsikan oleh 68,2% responden. Sementara kawasan industri diperkirakan lebih stabil dari produk properti lainnya dimana 43,5% berpendapat tidak akan terpengaruh di masa pandemi dan 28% responden mengatakan akan hanya mengalami penurunan 5%-10%.

“Untuk yang residensial dampaknya sedikit selanjutnya office juga lebih baik dari hotel. Industri tidak terlalu [berdampak] karena bisnis harus tetap berjalan dan dia punya komitmen untuk mendeliver produknya. Orang berpendapat hotel itu paling yang terdampak dari sisi pendapatannya”.

Chandra menjelaskan perkantoran berkurang permintaannya karena adanya work from home. Mal/retail mengalami penurunan permintaan dan digantikan oleh online shop akibat social distancing. “Sementara dampak pada hunian disebabkan membeli rumah tidak menjadi prioritas utama terutama bagi kalangan menengah ke bawah,” ujarnya.

Ia mengatakan terdapat dua faktor penyebab menurunnya permintaan terhadap properti di masa pandemi. Pertama, karena melemahnya daya beli masyarakat terhadap properti dan produk jasa lainnya. Kedua, karena ketatnya kredit konsumsi masyarakat. “Melemahnya daya beli masyarakat menyebabkan penurunan pada sektor properti namun masih cenderung lebih baik dibanding sektor lainnya,” kata Chandra dalam keterangannya kepada Gatra.com, Kamis (19/11).

Atas kondisi itu, banyak kalangan memprediksi sumbangsih sektor properti terhadap PDB nasional akan mengalami penurunan tahun ini. Namun dirinya menyebut sektor properti tetap memberikan sumbangsih terhadap PDB meski tidak mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.

“Kalau kita lihat [kontribusi] itu berada di kisaran 3,5-5% per tahun untuk real estate dan industri. Sebetulnya kalau kita gabung dengan konstruksi itu pasti akan lebih tinggi. Yang menarik di masa pandemi ini real estate masih memberikan kontribusi yang positif terhadap PDB kita. Dimana di industri lain sudah ada yang mengalami negatif sehingga kita berharap real estate akan tetap dapat memberikan kontribusi terhadap PDB”.

Dirinya menjelaskan kontribusi real estate terhadap PDB yakni sebesar 3,8% di kuartal I-2020. Angka itu diprediksi akan meningkat hingga pengujung tahun. Sementara tahun lalu, sektor properti berhasil memberikan kontribusi sebesar 5,8% terhadap PDB.

“Sebenarnya kita masih tumbuh meski ada penurunan tapi agregatnya masih memberikan kontribusi terhadap PDB. Banyak perusahaan masih survive, di sisi kalangan milenial yang minat [properti] sudah DP tentu dia akan lanjutkan, udah booking maka pemesanan tetap lanjut kan,” ucap CEO PT Provalindo Nusa itu.

Dari sisi penyerapan tenaga kerja, sambung Chandra, properti sudah memberikan kontribusi 30 juta tenaga kerja khususnya untuk real estate. “Kita tahu bahwa makro ekonomi itu sangat mempengaruhi tumbuh kembangnya industri properti. Mungkin kita bisa merasakan 2-3 tahun terakhir itu kita agak lesu, dilihat dari kontribusi pada GDP mulai dari 5,8% lalu turun. Meski saat ini kita memberikan kontribusi di 2,8% which is menurut saya itu masih baik”.

Dirinya berharap pemerintah memberikan stimulus yang cukup meringankan developer maupun calon pembeli properti seperti pengurangan pajak dan menurunkan suku bunga KPR. Hal itu dilakukan agar sektor properti kembali bergairah.

“Kita dari pelaku usaha berharap pemerintah memberikan concern karena ada 175 industri yang langsung terkait dengan properti ini. Kalau properti tumbuh maka akan ada industri-industri lain yang akan tetap tumbuh misalnya furniture segala macam,” pungkasnya.

1170