Home Ekonomi Kembangan Potensi Ekonomi Digital 3T, Ini Langkah BAKTI

Kembangan Potensi Ekonomi Digital 3T, Ini Langkah BAKTI

Jakarta, Gatra.com- Untuk mengembangkan potensi ekonomi digital di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T), Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika melaksanakan program Dayamaya. 

Program ini  mengajak para pelaku Startup eCommerce, Komunitas, Kelompok masyarakat dan UMKM digital bersinergi mengembangkan potensi serta membuat solusi tepat guna bagi masyarakat di daerah 3T.

“Melalui peran startup, komunitas, dan UMKM yang terlibat, kami harapkan dapat mempercepat kemajuan di daerah 3T,"  ungkap Direktur Layanan TI untuk Masyarakat dan Pemerintah, BAKT Kominfo, Danny Januar Ismawan dalam keterangan tertulis, Rabu (2/11).

Dari 18 yang terpilih pada tahun 2019, saat ini sudah ada lima inisiatif yang mulai berproses di masyarakat. Tiga diantaranya yang telah berkontribusi kepada masyarakat, yaitu Atourin, Cakap, dan Jahitin.

Atourin sebagai perusahaan teknologi di sektor pariwisata yang menyediakan jasa dan layanan baik secara online maupun offline untuk industri pariwisata Indonesia. Pada tahun 2019 berkesempatan menyelenggarakan pelatihan dan sertifikasi pemandu wisata di Natuna melalui program Dayamaya.

Tim Operasional Atourin, Reza Permadi mengatakan, pada tahun 2019 terdapat 10 pemandu wisata di Natuna sudah memiliki lisensi. Mereka lebih berani melakukan self branding dan mulai memanfaatkan media sosial untuk melakukan promosi.

“Di masa pandemi ini, salah satu satu program kami yaitu melakukan pelatihan secara daring bagi pemandu wisata se-Indonesia. Kami ajarkan bagaimana cara membuat tur virtual," ungkapnya.

Reza berharap dengan pelatihan ini, pemandu wisata dapat memanfaatkan internet untuk menghadirkan layanan virtual tour baik kepada wisatawan dalam negeri maupun mancanegara. Tur virtual ini merupakan platform baru, yang dapat dimanfaatkan untuk jangka waktu panjang, tidak hanya di masa pandemi saja.

Cakap sebagai platform online pembelajaran bahasa asing mendukung pengembangan daerah wisata (Dok BAKTI)

Selaras dengan Atourin, Cakap sebagai platform online pembelajaran bahasa asing mendukung pengembangan daerah wisata dengan meningkatkan kemampuan masyarakat dari sisi penguasaan bahasa, utamanya bahasa Inggris.

Dalam kontribusinya, pada tahun 2019, Cakap telah menyelenggarakan digital assessment di Kabupaten Sabu Raijua dan Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), menggunakan standarisasi CEFR (The Common European Framework of Reference for Languages).

Program tersebut melibatkan peserta setingkat pelajar SMA dengan total sebanyak 250 orang. Kegiatan ini dilakukan secara daring melalui ruang belajar digital dalam sebuah kelas online yang diisi oleh guru bahasa Inggris asing (ESL Teacher).

CEO Cakap, Tommy Yunus menuturkan bahwa kemampuan berbahasa Inggris sangat penting dalam usaha mengembangkan daerah wisata. Karena menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah wisatawan dalam menciptakan pariwisata berkelanjutan.

“Kami menggelar program pelatihan secara daring bagi penggiat dan pelaku pariwisata yang tentu saja difasilitasi oleh BAKTI, Kementerian Pariwisata dan pemerintah daerah untuk belajar bahasa Inggris secara gratis," ungkapnya.

Jahitin Academy memberdayakan SDM dengan meningkatkan skill para penjahit di Provinsi NTT, khususnya di Sumba Barat dan Sumba Barat Daya (Dok BAKTI)

Bila Cakap meningkatkan kemampuan SDM dari sisi bahasa, maka Jahitin Academy memberdayakan SDM dengan meningkatkan skill para penjahit di Provinsi NTT, khususnya di Sumba Barat dan Sumba Barat Daya. Melalui workshop pengolahan limbah kain tenun, Jahitin  mengajarkan bagaimana cara mengolah limbah tenun menjadi produk yang bernilai jual, seperti untuk membuat cushion pillow.

Tidak hanya itu, Jahitin juga membantu para penjahit agar dapat lebih mudah mengakses pasar. Dampaknya saat ini penjahit di Sumba sudah mendapatkan akses langsung berhubungan dengan Dinas Perdagangan.

“Di masa pandemi kami melakukan pelatihan kepada para penjahit, bagaimana cara membuat masker sesuai dengan standar kesehatan yang difasilitasi oleh BAKTI dan Kementerian Desa, dan Pemberdayaan Daerah Tertinggal. Hasilnya, para penjahit di Sumba berhasil mendapatkan orderan membuat 5000 masker,” kata Asri Wijayanti.

 

137