Home Ekonomi Banjir Thailand Berkah Buat Karet Indonesia

Banjir Thailand Berkah Buat Karet Indonesia

Palembang, Gatra.com - Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) membeberkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fluktuasi harga karet yang ada di Bumi Sriwijaya.

“Ya, seringkali faktor tidak langsung lebih dominan mempengaruhi harga dibanding faktor langsungnya sendiri,” ujar Kepala Bidang (Kabid) Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (P2HP) Disbun Provinsi Sumsel, Rudi Arpian di Palembang, Kamis (3/12).

Menurut dia, berdasarkan varibel permintaan dan penawaran, seharusnya harga karet pada Desember ini stabil. Mengingat tingkat permintaan dan suplai cenderung stagnan atau atau ada keseimbangan baru.

“Itu dibuktikan dengan catatan harga yang dikeluarkan Gapkindo Sumsel di November. Rata-rata stabil di harga Rp 18 ribuan untuk karet KKK (Kadar Karet Kering) 100 persen. Namun, kenyataannya harga karet di Desember cenderung naik. Itu menunjukkan ada faktor lain yang dapat mempengaruhi harga karet di pasar internasional,” kata dia.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fluktuasi harga karet di Sumsel, lanjut dia, seperti pertumbuhan ekonomi dunia, kondisi pasar otomotif, harga minyak mentah dunia, spekulan pasar karet alam, serta faktor iklim dan gangguan kondisi alam lainnya turut berpengaruh terhadap supply karet alam global.

“Yang terakhir itu kurs valas di pasar internasional harga komoditas memiliki hubungan dengan kurs currency regional terhadap US dolar.

Harga karet Sumsel periode Desember 2020 diduga akan naik lagi menyusul bencana banjir di Thailand yang merupakan produsen utama komoditas karet alam,” jelas dia.

Momentum 2020, sambung dia, akan menjadi tahun paling sulit bagi petani karet di Thailand. Dia menilai, kombinasi dari pandemi Covid-19, Penyakit Gugur Daun Pestalotiopsis (PGDP) dan banjir parah akibat hujan lebat di provinsi utama adalah Nakhon Si Thammarat, Narathiwat, Phattalung, Songkhla dan daerah sekitarnya yang meliputi sekitar 0,8 juta hektare perkebunan karet alam, membuat keadaan jadi makin sulit bagi Pemerintah Thailand.

Dikatakan dia, banjir besar telah mengganggu kegiatan penyadapan di provinsi tersebut karena petani karet tidak dapat menyadap pohon karet akibat sebagian pohonnya terendam air. Hal tersebut mempengaruhi produksi karet alam di wilayah itu dalam beberapa pekan mendatang.

Setelah sempat stagnan di harga Rp18.447,5 pada November 2020, lanjut dia, kenaikan harga sudah terlihat pada pekan pertama pada Desember dengan rata-rata Rp19.631 untuk KKK 100 persen. Harga memang terus berfluktuasi, namun ada kemungkinan trennya menguat karena bencana banjir di Thailand dapat menyebabkan suplai karet terganggu dari negara itu.

“Apalagi, dewasa ini pasokan dari Thailand, Indonesia, dan Malaysia yang merupakan produsen terbesar dunia masih tetap ketat karena produksi yang sedikit akibat faktor cuaca,” tutup dia.


Reporter: Rio Adi Pratama

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR