Home Info Sawit Sepenggal Cerita Sudut Boven Digoel

Sepenggal Cerita Sudut Boven Digoel

Yogyakarta, Gatra.com - Sudah sebulan lebih tiga lelaki ini menikmati udara Yogyakarta, mendulang semangat untuk melahap semua ilmu yang diberikan oleh Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY), sister company dari Institut Pertanian Stiper (Instiper) Yogyakarta yang khusus untuk pelatihan, asesmen dan pendidikan program vokasi calon mandor, operator dan krani kebun dengan level Ahli Pratama (D1).

Selama di Yogyakarta, mahasiswa Diploma I program beasiswa sawit Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) ini justru tak pernah lupa dengan Korindo, perusahaan kelapa sawit yang ikut andil mengantar dan menyangu mereka sampai ke 'Kota Pelajar' itu.

Antonius Aute 19 tahun, Juventus Kemboy 19 tahun dan Simon Gembenof 20 tahun, tiga lelaki asal Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua ini memang sering ketemuan di Korindo.

Maklum, setelah perusahaan perkebunan kelapa sawit itu ada, orang-orang Boven menjadikan kawasan perkebunan itu menjadi tempat berkumpul, baik saat akan ke desa masing-masing, maupun akan keluar dari kabupaten itu.

Dan bisa jadi mahasiswa sawit pun, karyawan Korindo yang justru menyodori mereka meski kampung Antonius di Desa Subur Distrik Subur, Simon di Desa Butiftiri dan Juventus di Desa Getentiri. Keduanya sama-sama di Distrik Jair.

"Di kampung kami susah sinyal. Listrik juga kadang hidup. Itulah makanya kami bolak-balik ke Korindo. Untunglah perusahaan mau membantu kami sampai proses seleksi selesai dan puji tuhan kami bertiga lulus," cerita Simon saat berbincang dengan Gatra.com beberapa waktu lalu di Yogyakarta.

Mengirim mahasiswa beasiswa sawit ke Yogya tadi ternyata hanya satu dari sederet program yang dilakukan Korindo Group Papua yang berkebun kelapa sawit di Papua bagian selatan --- Kabupaten Merauke dan Boven Digoel --- kepada masyarakat tempatan.

Ini ketahuan saat Gatra.com berbincang dengan Deputi Manager Humas Korindo, Daniel Sim Ayomi,S.Sos,MPA beberapa waktu lalu.

Bagi Korindo kata Daniel, pendidikan anak-anak tempatan menjadi hal yang paling penting. Sebab dengan pendidikan, anak-anak tempatan Papua akan bisa lebih kreatif dalam menggapai hidup dan kehidupannya.

"Pendidikan menjadi salah satu sisi yang kami lakukan dalam menyukseskan program pemerintah. Untuk beasiswa sawit sendiri, kami sudah mengirim sejak 2018. Tiap tahun 3 orang lah," katanya.

Di daerah kata Daniel, sejak tujuh tahun lalu bantuan beasiswa sudah diberikan kepada anak-anak pemilik hak ulayat, termasuk mereka yang berada di kawasan perbatasan NKRI dan Papua Nugini.

"Dari data kami tahun ini, total penerima beasiswa mencapai 431 orang. Untuk anak SD Rp150 ribu perbulan, SMP Rp200 ribu perbulan, SMA/K Rp250 ribu perbulan dan perguruan tinggi Rp300 ribu perbulan. Tapi kita menyerahkannya sekali 6 bulan," Daniel merinci.

Lalu bantuan transportasi bus antar jemput anak-anak sekolah juga ada. Begitu juga insentif untuk guru honor yang mengajar di lingkungan perusahaan.

"Guru-guru ada yang tinggal di perumahan perusahaan dengan fasilitas listrik dan air bersih," katanya.

Khusus untuk SD, saban 17 Agustus, bantuan peralatan sekolah diberikan.

Selain beasiswa, perusahaan juga menyiapkan Asrama di Merauke lengkap dengan perlengkapan asramanya plus bantuan bahan makanan setiap bulan.

"Perusahaan sangat berharap kepada anak-anak yang kuliah harus berhasil, biar mereka kembali dan bekerja di perusahaan," kata Daniel.

Simon, Juventus maupun Antonius tak menampik apa yang dibilang Daniel tadi. "Memang begitulah adanya. Itulah makanya orang tua kami sangat berterimakasih kepada perusahaan yang sudah peduli dengan anak-anak mereka. Kepedulian ini sangat meringankan beban orang tua," ujar Juventus.


Abdul Aziz

1256