Home Info Sawit Modal 300 Sertifikat Sampai ke Meja Makan

Modal 300 Sertifikat Sampai ke Meja Makan

Jakarta, Gatra.com - Sebetulnya belum setahun lelaki 60 tahun ini menjadi Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Belgia, Kadipaten Agung Luksemburg, dan Uni Eropa.

Tapi lantaran selama itu Andri Hadi getol memperjuangkan marwah kelapa sawit Indonesia di Benua Biru itu, para petinggi di sana langsung bisa menebak apa yang bakal dibicarakan ayah tiga anak ini kalau ketemu mereka.

"You want to talk about palm oil?," begitulah para petinggi di Eropa itu ngomong kalau ketemu dengan Andri.

Lelaki kelahiran Bandung ini tak masalah dibilang begitu. Yang penting, dia bisa menyampaikan bahwa kelapa sawit Indonesia itu enggak seperti yang mereka pikirkan.

Kelapa sawit kata doktor ilmu hukum internasional jebolan Universitas Padjajaran Bandung ini justru sangat sustainable.

Sangking sustainablenya, mulai dari bertanam hingga sampai di meja makan, kelapa sawit dilengkapi 300 sertifikat.

"Sementara mintak nabati mereka justru enggak tersertifikasi sama sekali. Apakah Soybean, Rapeseed itu aman? Justru sangat mengganggu. Sebab tanaman ini sangat banyak memakai pestisida dan pupuk kimia," kata Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI (2007-2011) ini dalam Palm O'Corner yang diselenggarakan oleh PASPI X HIMATEK ITB, kemarin.

Baca juga: Akal-Akalan Sawit di UE; Haram Jadi BBM, Dimakan Boleh

Belakangan, kengototan Andri membantah soal kejelekan kelapa sawit versi Benua Biru itu, perlahan berbuah hasil.

Apalagi setelah ada Joint Working Vegetable Oil (JWVO). Perubahan perspektif mulai nampak. Malah anggota Parlemen Uni Eropa Heidi Anneli Hautala, mulai mengapreseasi. Padahal sebelumnya, perempuan 65 tahun ini dikenal sangat vokal. Maklum, politikus asal Finlandia ini anggota Liga Hijau juga.

Lalu, Nutela juga sudah mengumpulkan hampir semua profesor di Eropa untuk membicarakan soal kandungan palm oil.

"Tidak pernah ada yang mengatakan palm oil itu mengganggu kesehatan. Mereka justru bilang sawit itu sangat bagus," ujarnya.

Wajar sebenarnya jika para profesor itu mengatakan begitu. Sebab sampai sekarang, minyak sawit justru masih menjadi bagian dari keseharian makanan orang Eropa.

"Uni Eropa cenderung menyasar isu sawit pada biofuel, tapi untuk consumer product, mereka lebih friendly lantaran belum ada alternatif pengganti," ujar Andri.


Abdul Aziz

236