Home Teknologi Early Warning System, Antarkan Krandegan Jadi Desa Mandiri

Early Warning System, Antarkan Krandegan Jadi Desa Mandiri

Purworejo, Gatra.com - Gaya hidup digital menjadi model baru era masa kini. Hampir semua kebutuhan bisa kita dapatkan hanya dengan menggunakan gadget. Banyaknya masyarakat yang tinggal di desa, membuat keberadaan desa pintar atau smart village, menjadi sebuah kebutuhan pada era digital seperti sekarang ini.

Momen pandemi dengan segala aturan pengetatannya, justru menjadi trigger bagi pemerintah untuk menggunakan layanan berbasis internet dalam pelayanannya. Karena itulah, Kementrian Kominfo menggenjot program desa pintar dan telah meluncurkan internet 5.0 harapannya, agar desa-desa di wilayah 3T (terdepan, terpencil, tertinggal) dapat mengakses internet dengan kecepatan mumpuni.

Salah satu desa yang menjadi desa mandiri karena digitalisasi adalah Desa Krandegan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Kemajuan desa ini sangat cepat,  pada tahun 2013 lalu, desa ini masih berada pada kategori merah atau miskin. Delapan tahun kemudian dengan berbagai inovasi, bisa menjadi desa mandiri yang merupakan tataran paling atas status sebuah desa.

"Kami menerjemahkan digital tidak hanya berupa infrastruktur teknologi yang canggih, umpama memiliki command centre dengan tivi-tivi layar datar dan kamera-kamera canggih untuk memantau kehidupan warga. Kalau hanya itu, semua desa pasti bisa asal ada dananya. Karena desa kami tidak ada dana untuk itu, maka kami mencoba berinovasi dengan digitalisasi layanan pada warga," kata Kepala Desa (Kades) Krandegan, Dwinanto, saat ditemui di kantornya, Kamis siang (19/8).

Dwinanto kemudian membagi layanan digital di desanya menjadi lima bidang, pertama adalah layanan publik dengan aplikasi bernama Sipolgan (Sistem Pelayanan Online Desa Krandegan).

"Untuk urusan administrasi, warga bisa mengakses Sipolgan, data pemerima bansos, mengurus KTP dan lain-lain tak perlu datang ke kantor desa. Kami juga punya wifi gratis di seluruh RT. Juga ada kabel fiber optic (FO) Karya Muda milik desa, warga bisa berlangganan bandwit melalui Bumdes  Karya Muda, semacam indie home tapi ini lingkup desa," jelas alumni Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Sebelas Maret (UNS) ini.

Lalu bidang digitalisasi kedua adalah keamanan, kebencanaan dan kedaruratan dengan memasang early warning system (EWS) berbasis tenaga surya dan kartu GSM. "Selama ini, desa kami rawan banjir karena menjadi tempat bertemunya tiga sungai. Saat musim hujan, warga harus bergantian berjaga di jembatan untuk melihat debit air supaya jika banjir warga lainnya bisa segera mengungsi," kata Dwinanto.

EWS yang dipasang berfungsi untuk memantau ketinggian air sungai bekerja terhubung dengan video dan sensor dengan tiga level, waspada, siaga dan awas. Tak dinyana, EWS ini yang menambah poin sehingga kini Krandegan dikategorikan menjadi Desa Mandiri.

Kemudian ada bidang ekonomi dengan toko online, aplikasi ojek online Ngojol, Kamupay serta pasarjasa.id. Bidang keempat adalah Bumdes Digital yang menjual layanan pembuatan aplikasi, sudah banyak desa yang membeli aplikasi dari BUMDes Karya Muda. Terakhir adalah bidang digital marketing yaitu layanan pelatihan narketing digital.

"Semua konsep ini masih jauh dari sempurna dan tidak bisa langsung diharapkan sukses, tapi kami akan selalu melakukan perbaikan. Yang sudah bisa dirasakan manfaatnya langsung adalah EWS, Ngojol, toko onlne, Sipolgan dan wifi gratis," terang Kades dua periode ini.

Ngojol Jadi Pekerjaan
Salah satu driver Ngojol, Wahyudi (40), warga Plaosan RT 01/16 Kelurahan/Kecamatan/Kabupaten Purworejo, mengaju sangat terbantu dengan pekerjaannya ini. "Alhamdulillah, saya bisa memperoleh penghasilan memberi nafkah anak dan istri dari nge-bid. Soalnya saya tiap hari dapat orderan kirim dokumen dari Disduk Capil Purworejo ke warga," kata Wahyudi melalui pesan Whats App, Jumat (20/8).

Tiap hari ia diorder oleh Disdukcapil  mengantarkan minimal  20 dokumen, dengan tarif Rp8.000 per dokumen. Terkadang jika ramai, ia bisa mengantar 40 hingga 56 dokumen. Dari tarif yang ia terima, Rp1.000 masuk ke Bumdes Karya Muda Desa Krandegan. "Untuk penghasilan perhari ya tinggal kalikan 20 x 8.000 jadi Rp160.000.  Bahkan kadang saya bisa antar 40 dokumen, pernah juga ngantar 56 dokumen. Pendapatan tertinggi 56x8.000, Rp448.000 dalam sehari," kata Wahyu.
Bahkan ia rela merogoh kocek pribadi untuk membuat seragam kerja kebanggannya. Wahyu menjadikan Ngojol sebagai lahan utamanya menghidupi keluarga.

Jadi Benchmark
Sementara itu, Plt Kepala Dinkominfo Kabupaten Purworejo, Stefanus Aan mengatakan bahwa, konsep pengembangan desa digital atau smart village akan dimulai di tahun ini dengan program 'Persiapan Pengembangan di 16 Desa Percontohan'. "Harapan kami, akan punya desa digital seperti Krandegan yang secara luar biasa mengembangkan IT secara mandiri. Desa tersebut kami pilih menjadi salah satu bench marking, contoh desa yang akan didesiminasikan atau tularkan ke persiapan 16 desa percontohan," kata Aan saat dihubungi, Jumat (20/8).

Kendala program smart city dan smart village di Kabupaten Purworejo karena banyak desa yang kesulitan infrastruktur jaringan. Memang kondisi geografis beberapa wilayah di kabupaten ini yang sulit, terletak di pegunungan.

Desa Krandegan bisa menjadi contoh bahwa, semakin digital suatu desa, maka  akan semakin maju. Digitalisasi sekarang ini adalah suatu keniscayaan atau keharusan jika kita tak ingin digerus oleh peradaban.

2160