Home Ekonomi John Riady Beber Strategi Eksplorasi Bisnis Teknologi. Simak 4 Hal Ini!

John Riady Beber Strategi Eksplorasi Bisnis Teknologi. Simak 4 Hal Ini!

Jakarta, Gatra.com - Filosofi bisnis yang dikembangkan Lippo sesuai dengan konsep sang pendiri, Mochtar Riady. Filosofi yang dipegang teguh itu, yakni stewardship atau amanah. Perusahaan harus terus tumbuh berkesinambungan selanjutnya memberikan berkah bagi lingkungan dan masyarakat.

Investasi dan ekspansi Lippo di sektor teknologi dan digital dimulai sejak 2014 sejalan dengan perkembangan teknologi dan startup di tanah air. “Kami mulai investasi di dunia startup pada 2014, dulu namanya Ventura. Pada saat itu, kalau kita masuk ke semua perusahaan teknologi di Indonesia, seperti Tokopedia, Traveloka, Gojek. Total kapitalisasinya itu sekitar US$ 60 juta dollar,” ujar CEO PT Lippo Karawaci Tbk, John Riady dalam keterangan yang diterima Gatra.com, Minggu (26/12).

Perkembangan teknologi yang begitu cepat telah berdampak pada perubahan pola pikir dan perilaku konsumen. Begitu juga dengan pola bisnis. Ada satu pepatah kuno yang mengatakan, “Pada saat angin mulai meniup, ada yang membangun tembok, ada pula yang membangun kincir angin.”

Perubahan tak mungkin dihalau, namun harus direspons dengan tepat. Karena itu, John Riady, sebagai generasi ketiga Lippo memilih membangun ‘kincir angin’. Berbagai inovasi bisnis terkait pengembangan teknologi dan digital telah digulirkan John Riady. Ada empat strategi dan bagian yang dikembangkan John dalam pengembangan bisnis di bidang teknologi dan digital.

Pertama, investing in early stages technology. Di mana Lippo berinvestasi di perusahaan-perusahaan teknologi digital yang masih dalam tahap awal dan pengembangan. Investasi yang dilakukan belum terlalu besar. Misalnya, investasi Lippo di Grab saat itu hanya sebesar US$ 50.000. Lalu, di Ruangguru dan Sociolla sebesar Rp3 miliar dan Rp5 miliar.

Tahapan ini dinilai sangat penting oleh John. Selain modal investasi yang tak terlalu besar, berbagai detil dan pelajaran pun bisa diraih. Bagaimana perintisan perusahaan teknologi digital, serta “jatuh-bangun” perusahaan-perusahaan tersebut. Perusahaan tersebut kini mempunyai nilai kapitalisasi yang sangat besar. Kolaborasi dan pengembangan tersebut menjadi nilai tambah bagi Lippo untuk pengembangan selanjutnya.

Tahapan kedua menjalin kemitraan. Salah satu kemitraan yang dibangun adalah dengan Ping’An— perusahaan teknologi asuransi terbesar di Cina. Kedua perusahaan ini menjalin satu joint venture (JV) untuk mendirikan perusahaan financial technology (fintech) di Indonesia.

Tahapan ketiga adalah later stage, atau melakukan investasi di perusahaan-perusahaan teknologi digital yang telah besar. Dalam tahapan ini, Lippo berinvestasi di perusahaan-perusahaan yang telah besar, seperti Bukalapak dan GoTo. Setelah berbagai pembelajaran dan kolaborasi yang dilakukan, tahapan berikutnya melakukan transformasi perusahaan yang dimilikinya, salah satunya PT Multipolar Tbk (MLPL).

Sesuai transformasi, perusahaan melakukan rebranding dengan mengganti logo, identitas baru hingga mengubah penyebutan Multipolar menjadi MPC. Dengan mengusung konsep “The Future is Digital”, MPC juga mempertajam fokus bisnisnya sebagai perusahaan investasi teknologi terkemuka di Indonesia dan Asia Tenggara. Transformasi ini menjadi penanda perubahan strategi Lippo ke arah digital.

Riset e-Conomy SEA 2021 dari Google, Temasek, dan Bain & Coyang melansir potensi nilai ekonomi digital Indonesia akan melonjak sebesar US$330 miliar pada 2030. Untuk meraih peluang tersebut MPC akan fokus pada empat pilar. Yakni pendanaan tahap awal, pendanaan tahap pengembangan dan lanjutan, digitalisasi portofolio, serta meningkatkan peran sebagai mitra lokal bagi perusahaan skala global.

Sebagai langkah awal pendanaan, MPC telah menggalang dana melalui kemitraan strategis dengan Tokyo Century Corporation. Melalui kemitraan strategis itu, MLPL mendapatkan suntikan dana segar sebesar US$50 juta melalui mekanisme pembelian instrumen konversi dengan tenor 3 tahun dan opsi perpanjangan 1 tahun. Salah satu langkah MPC adalah membentuk perusahaan patungan (joint venture) dengan Luno—salah satu portofolio dari Venturra Capital, VC dari Lippo Group—untuk menggarap potensi aset kripto di Indonesia.

Transformasi lain yang dilakukan dengan mengundang investor strategis perusahaan teknologi digital ke perusahaan yang dimiliki Lippo, yakni PT Matahari Putra Prima, Tbk (MPPA). Masuknya PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek) sebagai salah satu investor strategis dan pemilik saham MPPA telah mendorong transformasi bisnis menjadi omnichannel retail player di Indonesia.

Alhasil, online sales MPPA hingga kuartal III 2021 berkembang pesat, yakni mencapai 11% dari total penjualan. Anak usaha Lippo yang lain, PT Link Net Tbk. (LINK) tahun ini fokus membenahi tata kelola serta memaksimalkan prinsip Enviromental, Social, and Governance (ESG), yang hasilnya sepanjang periode semester I 2021 berhasil meraih pendapatan sebesar Rp2,2 triliun atau tumbuh 11,7% secara year on year.

“Selain properti dan rumah sakit, pengembangan teknologi dan digital akan menjadi salah satu core business kami. Tidak bisa dimungkiri, teknologi dan digital akan terus semakin dominan di Indonesia. Approach yang kami lakukan mungkin berbeda, yakni melakukan kemitraan dan menjadi investor,” tutup John.

442