Home Gaya Hidup Tentang Jenderal Portugis, Indragiri dan Malaka

Tentang Jenderal Portugis, Indragiri dan Malaka

Rengat, Gatra.com - Masih jelas terekam di benak Saharan tentang kedatangan sembilan orang Datok anggota Parlemen Malaysia ke komplek makam raja-raja Indragiri di Desa Kota Lama Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau.

Meski sudah berbilang tahun, lelaki yang sudah 30 tahun menjaga makam raja raja Indragiri ini menyebut bahwa kedatangan para Datok tadi untuk mencari tahu tentang Raja Nara Singa II untuk jadi bahan pelajaran sejarah di Malaysia.

"Raja Narasinga II ini adalah Sultan keempat Kerajaan Indragiri. Beliau bernama Paduka Maulana Sri Sultan Alaudin Iskandarsyah Johan Zirullah Fil Alam dan masih adalah hubungan persaudaraan antara Indonesia dan Malaysia," Lelaki 54 tahun ini membuka cerita kepada Gatra.com, Sabtu (13/4).

Raja Narasinga II kata ayah 4 anak ini adalah sosok pahlawan yang membebaskan Negeri Malaka yang 20 tahun dijajah Portugis, antara tahun 1512 hingga 1532.

"Bukti perlawanan Raja Narasinga II melawan penjajah Malaka adalah dengan menawan seorang pimpinan perang Portugis bernama Jenderal Verdicho Marloce sampai meninggal dunia di Kota Lama. Ini makamnya," Saharan menunjukkan seonggok makam berlambang salib persis disebelah kiri makam Raja Narasinga II. Di nisan makam itu tertulis Jenderal Verdicho Marloce.

Kata Saharan, sejarah Raja Narasinga II dan Jenderal Verdicho Marloce ini lah yang menarik perhatian Parlemen Malaysia tadi.

Tadinya Saharan hanya pekerja suka rela membersihkan komplek makam itu, persis tahun 1989. Lantaran dinilai rajin, 18 tahun kemudian dia diangkat menjadi PNS Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI sebagai koordinator juru pelihara Situs Cagar Budaya Komplek Makam Raja Raja Kota Lama di bawah Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumbar, Riau dan Kepulauan Riau.

Selama dipercaya menjadi juru pelihara situs cagar budaya, Saharan mengaku sering mendampingi pelayat dari para keturunan kerajaan Indragiri bahkan dari para akademisi yang melakukan penelitian di makam Raja Narasinga II.

Seperti awal bulan Maret 2019 lalu, ad 46 orang mahasiswa jurusan Arkeologi Universitas Jambi (UNJA) memilih komplek makam Raja Kota Lama sebagai pusat penelitian dalam rangka kuliah kerja lapangan.

Makam Raja Raja Kota Lama dijadikan pusat penelitian lantaran komplek makam itu adalah salah satu peninggalan kejayaan kerajaan Melayu tertua di Indonesia. Selain itu, masih adanya bukti-bukti cagar budaya di areal komplek makam itu membikin komplek tadi semakin menjadi pilihan.

Ada beragam hiasan batu nisan (artevak) yang diteliti. Bahkan, peniliti juga menemukan artevak perabadan masa lalu baik dalam bentuk batu, tembikar, gerabah maupun praghmen.

"Di kawasan Komplek Makam Raja Raja Kota Lama ini masih ada ditemukan pecahan keramik, piring kuno, tempayan, kendi yang tertimbun dalam tanah. Piringnya ada yang mewakili masa peninggalan dinasti Sung abad ke 9, dinasti Ming, dinasti Ceng Ho abad ke 13 dan barang perabot kerajaan Indragiri lainnya," terang Saharan.

Selain komplek makam Raja Raja Kota Lama tadi, di Inhu juga masih ada situs cagar budaya lainnya seperti, rumah tinggi di kota Rengat, Wisma Embun Bunga Rengat, Masjid Raya Raja Muda di Peranap dan Batu Miring bekas dermaga yang dibangun kolonial Belanda di tepi Sungai Indragiri di kota Rengat.

"Saya merasa bangga dan puas sebagai juru pelihara cagar budaya karena banyak situs yang dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan. Artinya bermanfaat untuk kelangsungan pelestarian nilai nilai budaya, kemudian bermanfaat untuk kepentingan sosial, bermanfaat untuk kepentingan agama, bermanfaat untuk kepentingan pariwisata," urai Saharan.


Reporter : Zuhdi Anshari

5997