Home Ekonomi Bank Indonesia Dukung Pengembangan Kelapa Bido di Morotai

Bank Indonesia Dukung Pengembangan Kelapa Bido di Morotai

Ternate, Gatra.com - Rencana pengembangan kelapa varietas bido di Desa Bido serta pelatihan pembuatan pupuk dan pakan organik di Desa Aha, Kabupaten Pulau Morotai mendapat dukungan penuh dari Bank Indonesia.

Kepala Kantor Bank Indonesia Perwakilan Maluku Utara, Dwi Tugas Waluyanto, kepada Gatra.com di Ternate, Minggu (14/4) mengatakan, Bank Indonesia memandang penting pengembangan tersebut.

Pertama, saat ini tinggi pohon kelapa di Maluku Utara cukup berpengaruh terhadap biaya panen. Sementara, tinggi kelapa bido cukup pendek. "Tentu ini akan menurunkan biaya panen," katanya.

Menurut Dwi, meski berukuran pendek, besarnya setara dengan kelapa variates lainnya. Bahkan jumlah kelapa dalam satu tandan bisa mencapai 30 buah. "Dagingnya tebal dan jumlah airnya bisa dua kali lipat dibanding varietas lain," katanya.

Saat ini, kata Dwi, jumlah pohon yang sudah berbuah tidak lebih dari 200 pohon. Dan semua hanya terkonsentrasi di Desa Bido."Karena meskipun Pemerintah Morotai sudah membuat peraturan daerah, namun masih banyak bibit kelapa bido yang keluar dari Morotai," ujarnya.

Sedangkan terkait kerjasama, dikatakan Dwi, Bank Indonesia dan Pemerintah Morotai melakukan pembenihan serta penanaman di Desa Bido serta dua desa lainnya.

Selain itu, akan dilakukan pelatihan dan pendampingan hilirisasi berbagai produk berbahan dasar kelapa. Seperti pengolahan daging kelapa menjadi tepung dan VCO, pengolahan serabut kelapa, pengolahan batok kelapa dan lain-lain. "Kemudian mendorong pertanian padi dan holtikultura serta peternakan organik," tandasnya.

Menurut Dwi, pelatihan dan pendampingan sangat diperlukan dalam mendukung pertanian yang berkelanjutan. "Kenapa dikatakan pertanian yang berkelanjutan, karena BI menginginkan para petani dalam bertani dapat meningkatkan kesuburan tanah," jelasnya.

"Dengan bertani secara organik, kesuburan tanah akan terjaga. Tentu hal ini akan berdampak pada menurunnya biaya produksi, salah satunya menurunkan biaya pemupukan," ujar Dwi menambahkan.


 

 

Reporter: Nurkholis

784

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR