Home Ekonomi Pakar Bisnis: IIS Jadi Roadmap Pengembangan Industri Indonesia Berbasis Teknologi

Pakar Bisnis: IIS Jadi Roadmap Pengembangan Industri Indonesia Berbasis Teknologi

Jakarta, Gatra.com - Pakar manajemen bisnis dari ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember), Arman Hakim Nasution menilai Indonesia Industrial Summit (IIS) yang digelar selama 15 dan 16 April 2019, merupakan tonggak sejarah setahun usia roadmap pengembangan Industri Indonesia berbasis teknologi IOT, atau yang dikenal sebagai roadmap Making Indonesia 4.0.

"Sebagaimana diperkenalkan Menperin Airlangga Hartarto, sebagai salam 4 Jari, progress roadmap Making Indonesia 4.0 (selanjutnya disingkat MI 4.0) sebenarnya perlu diacungi 4 jempol dari kaki dan tangan," kata Arman kepada Gatra.com, di Jakarta, Selasa (16/4).

Mengapa demikian? Lanjut Arman, karena inilah roadmap yang hanya dalam setahun telah mampu menelurkan hasil initial assesment kesiapan menuju era 4.0 dalam bentuk indeks INDI 4.0 (Indonesia Idustry 4.0 Readiness Index).

Dikatakan, INDI 4.0 disusun Kemenperin bersama lembaga konsultan manajemen terkemuka McKinsey, dan diantara negara-negara WEF, hanya Singapura dan Indonesia yang memilikinya.

“Berbasis mapping tersebut, langkah strategis MI 4.0 akan memiliki acuan dan terukur untuk mencapai tujuan yang dicanangan presiden Jokowi agar Indonesia menjadi 10 negara ekonomi dunia pada tahun 2030,” katanya.

Apakah visi tersebut sekadar mimpi? Menurut Arman, secara prediksi dengan mempertimbangkan dukungan strategis, visi tersebut bisa dicapai.

“Dukungan strategis yang dimaksud dengan danya potensi bonus demografi pada tahun 2030 dimana jumlah kalangan muda (millenial) berusia produktif akan lebih banyak dibandingkan golongan tua yang non produktif,” katanya.

Kemudian, lanjut Arman, potensi infrastruktur koneksi internet Indonesia yang masuk ranking 100 dunia, dimana untuk fixed broadband posisinya pada ranking 89 (2016) dengan kecepatan 13,30 mbps. Meski, potensi infrastruktur ini perlu ditingkatkan agar sejalan dengan Singapura, Malaysia dan Thailand.

“Kreatifitas SDM, yang secara empiris baru bisa disimpulkan dari banyaknya anak muda yang punya potensi "ngulik"(membedah program komputer dan membuat interface) sambil nongkrong di cafe-cafe,” katanya.

Anthony Djafar

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR