Home Internasional Hampir 160 Orang Tewas Akibat Serangan Bom Gereja di Sri Lanka

Hampir 160 Orang Tewas Akibat Serangan Bom Gereja di Sri Lanka

Kolombo, Gatra.com - Serangkaian delapan ledakan bom dahsyat menghancurkan hotel-hotel kelas atas dan gereja-gereja, saat kebaktian Paskah di Sri Lanka pada hari Minggu, hingga kini tercatat sudah menewaskan hampir 160 orang, termasuk puluhan warga asing.

Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe mengutuk serangan itu - tindakan kekerasan terburuk sejak berakhirnya perang saudara Sri Lanka satu dekade lalu - sebagai "pengecut", dan mengatakan pemerintah berusaha untuk "mengatasi situasi".

Ledakan kuat - enam lokasi berturut-turut dengan cepat dan kemudian dua jam kemudian – ledakan termasuk di St Anthony's Shrine, yang terkenal di ibukota, yang merupakan sebuah Gereja Katolik yang bersejarah.

Sumber rumah sakit mengatakan ada warga negara Inggris, Belanda dan Amerika diantaranya 158 orang yang tewas secara keseluruhan, ada juga warga Inggris dan Jepang ikut jadi korban luka. Seorang pria Portugis dilaporkan meninggal, kantor berita LUSA melaporkan.

Seorang fotografer AFP di tempat kejadian di St. Anthony's melihat sejumlah korban meninggal dunia tergeletak di lantai, dan beberapa diantaranya mengenakan syal dan pakaian.

Tampak sebagian besar atap gereja hancur akibat itu. Genteng, kaca, dan serpihan kayu berserakan di lantai bersama ceceran darah.

Sejumlah korban luka-luka banyak di rumah sakit setempat. Dilaporkan juga beberapa pejabat terluka. 

Hingga kini aparat masih menyelidiki besarnya kekuatan ledakan yang tidak jelas tersebut. Belum ada yang bertanggung jawab atas kejadian ini.

Sebuah dokumen diterima AFP mengungkapkan bahwa kejadian ini sudah diingatkan pihak kepolisian. Kepala polisi Sri Lanka Pujuth Jayasundara pernah mengeluarkan peringatan sebelumnya bahwa ada laporan intelijen kepada perwira tinggi, 10 hari sebelumnya, yang memperingatkan bahwa pelaku bom bunuh diri itu berencana akan menyerang "gereja-gereja terkemuka".

"Sebuah agen intelijen asing melaporkan bahwa NTJ (National Thowheeth Jama'ath) berencana untuk melakukan serangan bunuh diri, yang menargetkan gereja-gereja terkemuka serta komisi tinggi India di Kolombo," kata peringatan itu.

NTJ adalah kelompok Muslim radikal di Sri Lanka yang dikaitkan peristiwa tahun lalu terkait vandalisasi patung Buddha.

Kementerian pertahanan memerintahkan digiatkan jam malam hari, mulai pada hari Minggu pukul 6 sore waktu setempat (1230 GMT), dan larangan penggunaan media sosial untuk sementara, diberlakukan pemerintah.

Diketahui, ledakan pertama dilaporkan di St Anthony's, diikuti oleh ledakan mematikan kedua di St Sebastian's, pada sebuah gereja di kota Negombo, utara ibukota.

Dalam serangan pertama, sebuah facebook mengabarkan, "Serangan bom ke gereja kami, silakan datang dan bantu jika ada anggota keluarga Anda ada di sana," demikian sebuah posting dalam bahasa Inggris di halaman Facebook gereja.

Setelah kejadian itu, menyusul  informasi polisi yang menyebutkan adanya serangan gereja ketiga di kota pantai timur Batticaloa, bersama dengan tiga hotel kelas atas di ibukota.

Kemudian pada sore hari, sebuah hotel di selatan Kolombo juga ikut kena serangan bom - menewaskan sedikitnya dua orang dan menambah jumlah korban menjadi 158 - sementara yang lain menyasar pinggiran kota Orugodawatta di utara ibukota.

Presiden Maithripala Sirisena mengatakan dalam pidatonya bahwa dia terkejut atas kejadian ledakan itu dan meminta warga tenang. Dia berharap perdana menteri dapat segera berbicara kepada media atas kejadian ini.

Di Twitter, Wickremesinghe menulis: "Saya sangat mengutuk serangan pengecut terhadap orang-orang kita hari ini”.

"Saya menyerukan kepada semua orang Sri Lanka selama masa tragis ini untuk tetap bersatu dan kuat. Hindari menyebarkan laporan dan spekulasi yang tidak diverifikasi. Pemerintah mengambil langkah segera untuk mengatasi situasi ini."

Diketahui, hotel-hotel yang ditargetkan jadi sasaran serangan itu semuanya jadi tujuan populer bagi para wisatawan, di antaranya Cinnamon Grand, yang dekat dengan kediaman resmi perdana menteri di Kolombo.

Seorang pejabat di hotel mengatakan kepada AFP bahwa ledakan di sana telah menghantam restoran, dan dilaporkan setidaknya satu orang tewas.

Di hotel Shangri-La, seorang fotografer AFP menyaksikan adanya kerusakan parah di restoran lantai dua, dengan jendela yang pecah dan kabel listrik tergantung di langit-langit.

Akibat serangan itu, pemerintah melakukan pertemuan darurat. 

"Pertemuan darurat dilakukan beberapa menit setelah kejadian. Operasi penyelamatan sedang berlangsung," kata Menteri Reformasi Ekonomi dan Distribusi Publik Sri Lanka, Harsha de Silva, dalam sebuah tweet di akun terverifikasinya.

Dia mengatakan telah mengunjungi dua hotel yang diserang dan beberapa tempat kejadian di St Anthony's Shrine, di mana dia menggambarkan "adegan mengerikan", itu.

"Saya melihat banyak korban termasuk orang asing," katanya dalam tweeted.

Kedutaan-kedutaan di Kolombo memperingatkan warganya untuk berlindung di tempat aman, dan pesawat Sri Lanka Airlines diperingatkan agar penumpang dapat tiba di bandara lebih awal empat jam dari penerbangan karena masalah keamanan yang meningkat pasca serangan tersebut.

Diketahui, ghnya sekitar enam persen dari mayoritas penduduk Sri Lanka yang beragama Budha dan Katolik, tetapi agama dipandang sebagai kekuatan pemersatu karena mencakup orang-orang dari kelompok etnis Tamil dan mayoritas Sinhala.

Tidak ada serangan di Sri Lanka yang dikaitkan dengan kelompok-kelompok Islam asing, meskipun media setempat melaporkan bahwa seorang warga Sri Lanka berusia 37 tahun sebelumnya telah tewas di Suriah pada 2016, ketika berjuang dalam kelompok Negara Islam (ISIS).

Pada Januari, polisi Sri Lanka mengamankan sejumlah bahan peledak dan detonator yang disembunyikan di dekat suaka margasatwa, pasca penangkapan empat pria dari kelompok Muslim radikal yang baru dibentuk.

Anthony Djafar/AFP

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR