Home Internasional Muslim Sri Lanka Ketakutan Pascabom 21 April

Muslim Sri Lanka Ketakutan Pascabom 21 April

Kolombo, Gatra.com - Bom yang menghujam gereja dan hotel bintang lima di Sri Lanka pada  Minggu (21/4), membuat kecemasan sejumlah umat Muslim di sana. Para Muslim takut dengan adanya aksi balas dendam dan penyerangan kepada mereka.
 
Seorang Muslim Sri Lanka, Mohamed Hasan meninggalkan rumahnya di Kolombo sejak serangkaian ledakan yang merenggut ratusan jiwa tersebut. Ia takut diserang karena ia seorang Muslim. Seperti diwartakan AFP dan dirujuk Channel News Asia pada Kamis (25/4), pria berusia 41 tahun yang sehari-hari bekerja di percetakan media itu nekat meninggalkan Kolombo meski keluarganya berusaha menahan kepergiannya.
 
"Mereka khawatir jika aku pergi, apakah aku bisa kembali hidup-hidup?" katanya di luar Masjid Jumma di Dematagoda, tempat dia memberanikan diri berdoa sebentar.
 
Lebih dari 350 orang tewas dalam serangan di hari Paskah terhadap gereja dan hotel yang telah diklaim oleh kelompok Negara Islam.
 
Zareena Begum (60 tahun), mengatakan dia hampir tidak tidur sejak akhir pekan. "Saya tahu orang-orang marah pada Muslim," katanya sambil menangis di luar masjid. 
 
"Bayi yang digendong di tangan ibu mereka terbunuh. Aku tidak pernah membayangkan kebencian seperti itu ada di dalam hati orang-orang ini [yang menyerang]. Kebencian tidak boleh menabur kebencian lebih banyak lagi," katanya, lirih.
 
Mengenakan gaun hitam dan jilbab putih, Begum menambahkan, "Kami berkumpul di rumah. Kami takut ke luar,"  ungkapnya.
 
Beragam agama mewarnai populasi 21 juta penduduk Sri Lanka, mayoritas mereka memeluk agama Buddha Sinhala. Hanya 10% jumlah populasi Muslim di negara ini, dan merupakan minoritas terbesar kedua setelah Hindu. Sementara sekitar 7% orang Sri Lanka adalah orang Kristen.
 
Ketegangan etnis dan agama kerap terjadi di negara ini, salah satunya pemberontakan oleh etnis Tamil selama beberapa dekade. Umat Muslim juga kerap menerima serangan kekerasan sporadis dan kebencian sejak perang saudara berakhir pada 2009.
 
Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe menginginkan perdamaian dan solidaritas bagi warga Sri Lanka. "Mayoritas Muslim mengutuk ini dan mereka sama marahnya dengan orang Tamil dan Sinhala tentang apa yang terjadi," katanya, Selasa, menyerukan persatuan.
 
Di tengah ketakutan, Wakil Presiden Dewan Muslim Sri Lanka Hilmy Ahamed mengatakan komunitas muslim siap menghadapi serangan namun pihaknya tetap menginginkan adanya perdamaian.
 
"Ratusan orang dimakamkan, maka akan ada ledakan emosi dan beberapa di antaranya dapat dibenarkan, kami sudah meminta pemerintah untuk memastikan keamanan tetap terjaga, serangan ini tidak dilakukan komunitas muslim tapi beberapa elemen pinggiran," ujarnya. 
1223