Home Ekonomi BI meluncurkan buku Kajian Stabilitas Keuangan Semester II 2018

BI meluncurkan buku Kajian Stabilitas Keuangan Semester II 2018

Jakarta, Gatra.com - Bank Indonesia meluncurkan buku Kajian Stabilitas Keuangan Semester II 2018 Bernomor 32. Buku ini mengusung tema "Penguatan Intermediasi di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global". Acara ini diselenggarakan di Gedung Thamrin Bank Indonesia, Kebun Sirih, Jakarta Pusat Jumat pagi (3/5).

Peluncuran buku ini dihadiri oleh jajaran Deputi Gubernur BI, beserta stakeholder bidang keuangan di Indonesia. Dalam keynote speechnya. Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyambut baik peluncuran buku ini sekaligus menjelaskan problem dan isu perekonomian yang sedang dan sudah dialami Indonesia.

"BI berusaha bagaimana memperkuat intermediasi ditengah ketidakpastian global.Kami sudah merombak 3 hal dari segi Makro finasial linkeage, menggabungkan analisis sektor keuangan dengan risiko cross section. Dan kami juga menyadar risiko tidak hanya makro tp juga mikro" ujar Perry dalam keynote Speechnya di Gedung Thamrin Bank Indonesia.

Kemudian Perry juga menekankan bahwa Indonesia harus memperhatikan kebijakan Moneter untuk mempertahankan stabilitas keuangan.

"Di sisi moneter kita harus menaikan suku bunga. Kita harus melakukan stabilitas nilai tukar dengan interface. Tantangan nya kebijakan moneter inline dengan sistem keuangan." Tambah perry meyakinkan.

Dan juga perry menjelaskan bahwa kondisi yand dialami sekarang sangat berbeda dengan teori-teori yang diajarkan bangku perkuliahan, para stakeholder dituntut mampu untuk menahami lapangan dari segi praktikalnya. Karena ada kondisi yang tidak sesuai teori-teori.

"Bagaimana kenaikkan suku bunga BI naik tidak berdampak kenaikan suku bunga kredit. Karena sulit bagi teoritikal Dunia kampus menjelaskan dengan ini." ungkap Perry.

"Bagaimana suku bunga kebijakan tidak berdampak ke Sistem Stabilitas Keuangan. Disitiu lah gubernur BI seolah-olah seperti menjual jamu pahit."

"Yang biasanya 1,75% BI rate naik. Yang tidak bisa dijelaskan 0,23 persen ini tidak bisa dijelaskan oleh teori makro bangku perkuliahan. Nah ini butuh kecermatan di lapangan." Perry menekankan.


 

 

445