Bantul, Gatra.com - Putri Pigai, 16 tahun, siswi kelas 10 Sekolah Menengah Atas Stella Duce 1 Yogyakarta tampak tergesa-gesa menanam pad. Meski lelah dan peluh bercucuran, ia bersama empat rekannya mencoba tetap kompak menjaga tenaga dan jarak tanam agar padi bisa rapi.
Sekitar pukul 11.00 WIB, Sabtu (4/5) itu, sejumlah siswa sekolah tengah mengikuti lomba tanam padi. Mereka menanam padi di lahan pertanian di depan Museum Tani Jawa Indonesia, Desa Wisata Candran, Kebonagung, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Para siswa peserta lomba dibagi beberapa kelompok sesuai sekolah masing-masing. Padi yang siap ditanam digenggam dengan tangan kiri oleh para siswa itu. Topi caping khas petani pun mereka pakai untuk melindungi tubuh dari sengatan matahari.
Supaya padi tetap rapi, mereka memakai potongan bambu untuk menanam. Lahan pertanian dengan genangan air dan sedikit berlumpur pun menjadi tantangan tersendiri saat mereka menancapkan padi .
Sesekali rekan mereka yang melihat dari tepi sawah memberi semangat agar tak kalah dengan kelompok lain. "Tadi sempat injak cacing. Seru! Bisa merasakan menjadi petani," kata Putri mengungkapkan kesannya.
Lomba ini merupakan kegiatan yang dibesut mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan Museum Tani Jawa. Tujuannya untuk mendekatkan dunia pertanian ke kaum milenial.
Putri pun punya kesan tersendiri. Meski cuaca panas dan melelahkan, ia mendapat banyak pelajaran setelah mengikuti kegiatan ini. "Pelajaran yang didapat pantang menyerah. Itu saja," katanya.
Menurutnya, amat melelahkan menjadi seorang petani. Ia bahkan bilang tak tertarik dan terbesit sedikit pun menjalani profesi ini ketika dewasa nanti. "Enggak ada keinginan (jadi petani)," kata Putri sambil tertawa.
Salah satu panitia, Angel Natasha, mengatakan, lomba menanam padi ini diikuti oleh beberapa sekolah di DIY. Kerapian, kreativitas, dan waktu menjadi kriteria penilaian lomba bertema 'Milenial Bertani' ini.
Lebih dari itu, kegiatan ini sebenarnya untuk menanamkan rasa peduli kaum muda pada profesi petani. "Siapa lagi yang akan menjadi penerus petani?" kata mahasiswi Universitas Atma Jaya Yogyakarta ini.
Adapun guru SMA Negeri 1 Imogiri Kabupaten Bantul, Rusmirah, mengatakan, sekolahnya mengikutsertakan 15 siswa dalam lomba ini. "Siswa supaya memahami cara bertanam, mengolah, dan ke depan tahu petani itu seorang pahlawan ketahanan pangan," katanya.
Menurutnya, kegiatan ini juga menumbuhkan keinginan menjadi petani. "Karena sekarang generasi muda itu malas mengolah pangan. Maunya ada uang langsung beli. Padahal menjadi petani pun bisa kaya," katanya.
Apalagi, menurut dia, saat ini lahan pertanian semakin tergerus pembangunan sehingga berdampak pada harga hasil tani. "Sekolah sempat rutin melakukan kegiatan seperti ini," ucapnya.
Sebagai penyedia tempat, Kepala Museum Tani Jawa Indonesia, Kristya Bintara, berharap kegiatan seperti ini bisa semakin mendekatkan dunia pertanian dengan kaum muda. "Ini adalah cara mengenalkan dunia pertanian sejak dini," ucapnya.
Reporter: Ridho Hidayat



