Home Internasional Donald Trump Ancam Naikkan Tarif Barang dari China hingga US$200 Miliar

Donald Trump Ancam Naikkan Tarif Barang dari China hingga US$200 Miliar

Jakarta, Gatra.com - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengatakan akan menaikkan tarif barang-barang dari China senilai US$200 miliar. Keputusan itu diambil setelah menilai kesepakatan perdagangan AS-China bergerak terlalu lambat.

Trump menyampaikan rencana tersebut melalui akun Twitter resminya. Trump mengatakan bahwa tarif 10% untuk barang-barang tertentu akan naik menjadi 25% pada hari Jumat (10/5) mendatang dan nilai barang-barang sebesar US$325 miliar yang tak dikenakan pajak bisa dikenakan sebesar 25% secepatnya.

"Kesepakatan perdagangan dengan China berlanjut, tetapi terlalu lambat, ketika mereka berusaha untuk menegosiasikan kembali. Tidak bisa!" kata Trump dalam kicauannya.

Padahal, kedua negara itu terlihat hampir mencapai kesepakatan perdagangan dalam beberapa pekan terakhir. Dilansir dari BBC, berdasarkan hasil rapat keduanya, Trump justru sempat menunda kenaikan tarif lebih lanjut pada awal tahun 2019.

Langkah ini menambah tekanan kepada China, karena Wakil Perdana Menteri Liu He bersiap untuk melakukan perjalanan ke Washington minggu ini untuk melanjutkan negosiasi menyusul pembicaraan pada bulan April di Beijing, bahwa Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin disebut "produktif" dalam mengatasi kasus ini.

Namun satu sisi, penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan kepada Fox News bahwa tweet presiden adalah peringatan. "Presiden, saya pikir mengeluarkan peringatan di sini, bahwa kami 'membungkuk' sebelumnya. Kami menangguhkan tarif 25% menjadi 10% dan kemudian kami menyelesaikannya. Itu mungkin tidak selamanya terjadi jika negosiasi tidak berhasil," katanya.

Soal kesepakatan antara keduanya, sejauh ini AS telah mengenakan tarif US$250 miliar untuk barang-barang China, setelah menuduh negara itu melakukan praktik perdagangan yang tidak adil. Namun Beijing membalas dengan mengenakan bea atas barang-barang AS sebesar US$110 miliar, menyalahkan AS karena memulai perang dagang terbesar dalam sejarah ekonomi dunia.

Menurut laporan, dalam beberapa hari terakhir para pejabat AS menjadi frustrasi oleh China karena berusaha untuk merusak komitmen sebelumnya yang sudah disepakati. Sebab, poin-poin penting mencakup bagaimana cara mengawasi setiap kesepakatan dan apakah tarif yang ada akan dihapus atau tetap pada tempatnya.

Kepala ekonom di Bloomberg Economics, Tom Orlik mengatakan ada kemungkinan perundingan dengan China macet dan China menawarkan konsesi yang tidak tak sesuai hingga menyebabkan kenaikan tarif dari harga aslinya.

"Dalam pandangan kami ada hal yang lebih mungkin bahwa ancaman baru ini adalah upaya untuk mengekstraksi beberapa konsesi kecil lagi di hari-hari terakhir perundingan," ujar Tom Orlik.

Sementara itu, soal kenaikan tarif, Trump akan meningkatkan bea atas lebih dari 5.000 produk yang dibuat oleh produsen China, mulai dari bahan kimia hingga tekstil dan barang-barang konsumen.

Trump awalnya memberlakukan tarif 10% untuk barang-barang tersebut pada September lalu dan direncanakan naik pada Januari 2019, tetapi tertunda karena proses negosiasi makin menemui titik terang.

"Tarif yang dibayarkan ke AS memiliki dampak yang kecil pada biaya produksi, sebagian besar diterima oleh China," kata Trump melalui akun Twitternya pada Minggu (5/5).

Namun, baik perusahaan dalam negeri AS dan internasional mengatakan mereka sedang dirugikan oleh perang dagang. Keberlanjutan konflik ini menyebabkan kemerosotan di pasar saham dunia pada akhir tahun lalu. IMF sendiri telah memperingatkan bahwa perang dagang sepenuhnya akan melemahkan ekonomi global. 

777