Home Internasional Bahas RUU, Anggota Parlemen Hongkong Rusuh saat Bersidang

Bahas RUU, Anggota Parlemen Hongkong Rusuh saat Bersidang

Hongkong, Gatra.com - Perkelahian pecah antar sesama anggota legislatif di Hong Kong pada hari Sabtu (11/5). 

Mereka mempertentangkan dimana satu kubu yang ingin membuat undang-undang pro-demokrasi dan kubu lainnya yang setia kepada Beijing atas undang-undang ekstradisi, yang akan memperluas kekuasaan Beijing atas pusat keuangan.

Dilansir reuters, kericuhan mulai terjadi ketika anggota parlemen pro-demokrasi dan mayoritas pro-Beijing memasuki agenda pembahasan dengar pendapat secara terpisah mengenai RUU tersebut.

Salah satu kubu yang tidak menerima pendapatan lainnya, cekcok mulut. Adu pemahaman itu tidak bisa diselesaikan pemimpin sidang, sehingga seorang diantara mereka langsung naik pitam dan memanjat meja, dan saling memaki. Petugas keamanan berusaha menjaga ketertiban.

Namun, salah satu anggota parlemen pro-demokrasi, Gary Fan, yang diserang, terpaksa jatuh dan harus dibawa ke rumah sakit. Sebaliknya beberapa anggota parlemen pro-Beijing lainnya juga jatuh diserang kubu lawannya.

"Ini hari yang menyedihkan bagi Hong Kong," kata anggota parlemen pro-pendirian Elizabeth Quat.

"Dulu, kami menertawakan anggota legislatif Taiwan, tetapi sekarang justru Hong Kong yang lebih buruk," katanya kepada wartawan.

Pembahasan RUU penting diselesaikan karena bagi kubu Pro demokrasi, RUU ini akan menjadi penangkal penangkal petir terbaru bagi orang-orang Hong Kong yang khawatir tentang kekuasaan Beijing, atas kota yang dijanjikan otonomi tingkat tinggi di bawah formula "satu negara, dua sistem" manakala kembali ke pemerintahan Cina.

Lebih dari 130.000 penentang RUU berbaris menghalau UU ini disahkan dua minggu lalu, sementara beberapa ribu lainnya berkumpul di luar legislatif pada Jumat malam, yang menuntut segera dihapuskan.

Bahkan komunitas bisnis Hong Kong yang biasanya konservatif telah menyatakan haluan oposisi. Kamar Dagang Internasional di Hong Kong misalnya, menyebut RUU itu memiliki "ketidakmampuan kotor" dan akan membuat orang "berisiko kehilangan kebebasan, properti, dan bahkan kehidupan mereka di masa depan".

641

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR