Home Gaya Hidup 'Bakulan', Kehidupan Pasar dalam Warna-warna Segar

'Bakulan', Kehidupan Pasar dalam Warna-warna Segar

Yogyakarta, Gatra.com - Bakulan punya arti berjualan atau proses transaksi dalam bahasa Jawa. Namun, proses dan praktik berjualan itu rupanya juga memuat komunikasi dan kerja-kerja yang ulet. Nuansa dan makna bakulan itulah yang berusaha ditampilkan perupa Luddy Asthagis dalam pameran tunggalnya yang bertajuk ‘Bakulan’.

Pameran di Bentara Budaya Yogyakarta ini dibuka pada Selasa (14/5) ini dan berlangsung hingga Rabu (22/5). “Dalam bakulan tidak hanya ada transaksi, tapi juga komunikasi dan keuletan,” ujar Luddy.

Karya-karya yang terpajang di ‘Bakulan’ mewakili kehidupan pasar. Luddy mengatakan, kehidupan pasar adalah bagian dari kehidupannya sendiri sebagai bakul atau penjual. Dunia bakul sangat dekat dengan kesehariannya.

Menurut Luddy, ia bersama istrinya adalah pelaku bakulan. Setiap hari, pagi-pagi buta Luddy telah berada di pasar untuk membeli bahan masakan untuk  diolah sebagai menu dagangannya, soto.

Pengalaman Luddy tersebut diekspresikan dalam karya seni lukis dan instalasi. Luddy memadupadankan pengalaman bakulan dan praktik berkeseniannya dalam delapan karya.

Karya-karya Luddy di pameran ini memiliki kecenderungan warna hijau dan biru. Pilihan warna tersebut memberi kesan segar dan dingin.

Nada warna ini tampak pada salah satu karya Luddy berjudul “Pagi Segar”. Dalam tiga lukisan ukuran 120 x240 centimeter, Luddy menampilkan representasi sayur-mayur di atas meja. Karya tersebut didominasi oleh warna hijau dan biru.

“Warnanya begitu karena keseharian melihat warna-warna itu,” ujar perupa kelahiran Malang, 17 Juni 1976, ini.

Pengunjung pameran pun mengapresiasi karya Luddy yang mengusung suasana ceria itu. “Kita seperti dibawa dalam taman bermain,” kata Khumaira, salah satu pengunjung. Khumaira beralasan, suasana tersebut muncul karena pilihan warna dalam karya-karya Luddy.

Pada seni instalasi, pilihan warna hijau-biru tidak begitu mencolok. Luddy lebih ingin menimbulkan kesan kontras pada figur-figur yang ditampilkan. Figur manusia warna-warni disandingkan dengan ilustrasi hitam putih pada dinding, seperti pada karya “Belajar Bijak”.

Ia juga menggantungkan kotak-kotak dialog di atas figur instalasi. Kotak dialog itu memperjelas karya Luddy yang berusaha menggambarkan tawar-menawar antara penjual dan pembeli.

Kurator pameran Heri Dono menyatakan, karya-karya Luddy dapat dikatakan sebagai satu pijakan untuk memulai. Menurutnya, dunia kesenian di Yogyakarta mesti siap menghadapi kemungkinan interaksi dengan global. “Karya Luddy dapat memicu jenis seni yang lebih luas di masa mendatang,” kata Heri.

Reporter: Abilawa Ihsan

2255