Home Internasional Huawei Bersedia Tanda Tangani Perjanjian ‘Bukan Mata-mata’

Huawei Bersedia Tanda Tangani Perjanjian ‘Bukan Mata-mata’

New York, Gatra.com - Huawei telah bersedia untuk menandatangani perjanjian ‘tanpa mata-mata’ dengan pemerintah China, termasuk dengan pemerintah Inggris. Hal ini mengikuti kekhawatiran dari beberapa negara bahwa China dapat menggunakan produk buatan perusahaan telekomunikasi tersebut untuk melakukan pengawasan.

Perusahaan asal Tiongkok tersebut telah membantah bahwa hasil produksi mereka dapat menimbulkan risiko spionase atau sabotase. Huawei juga mengatakan bahwa mereka berdiri secara independen dari pemerintah China, namun beberapa negara telah memblokir Huawei dari jaringan 5G mereka karena alasan keamanan nasional.

Sebuah laporan baru-baru ini menyarankan Inggris untuk mengizinkan perangkat telekomunikasi Huawei untuk menjadi bagian dari jaringan 5G negara tersebut, hanya saja dengan beberapa batasan.

“Kami bersedia menandatangani perjanjian tanpa mata-mata dengan pemerintah yang termasuk juga pemerintah Inggris untuk berkomitmen dalam pembuatan peralatan kami yang memenuhi standar tanpa adanya syarat tanpa mata-mata, ataupun melanggar standar yang ada,” ucap Liang Hua dalam konferensi bisnis di London, dikutip BBC, Selasa (14/5) waktu setempat.

Huawei merupakan perusahaan penyedia perangkat telekomunikasi terbesar di dunia. Huawei menghadapi serangan balasan dari negara-negara Barat yang ragu dengan keamanan produk-produknya untuk digunakan dalam jaringan mobile 5G yang akan datang. Australia dan Selandia Baru telah memblokir penggunaan perangkat Huawei pada jaringan 5G mereka. Amerika Serikat (AS) juga telah membatasi agen-agen federalnya untuk tidak menggunakan produk Huawei.

Pada hari Rabu (15/5), Reuters mewartakan, AS kemungkinan akan memperketat pambatasan pada Huawei dengan perkiraan Presiden Donald Trump akan menandatangani perintah eksekutif minggu ini, terkait larangan pada perusahaan-perusahaan untuk menggunakan peralatan telekomunikasi yang dibuat oleh perusahaan yang memiliki potensi membahayakan keamanan nasional.

Langkah ini muncul di tengah-tengah ketegangan antara AS dan China yang sedang meningkat. AS sudah dua kali melipatgandakan tarif atas barang-barang Tiongkok seniali US$200 miliar (£154.9 miliar) pada hari Jumat (10/5) dan China membalas dengan kenaikan tarifnya sendiri pada produk-produk AS. Hal tersebut meyebabkan rusaknya standar perang dagang yang baru-baru ini terjadi.

551