Home Kesehatan Meski Penghasil Kaya Protein, Sumba Barat Daya Masih Darurat Stunting

Meski Penghasil Kaya Protein, Sumba Barat Daya Masih Darurat Stunting

Jakarta, Gatra.com – Tingkat prevalensi stunting (kerdil) di Sumba Barat Daya tergolong tinggi mencapai 61,2% hingga 2018 lalu.

“Beberapa poin penting yang membuat tingkat stunting di sana tinggi, meskipun hasil pangannya kaya akan protein. Saat melakukan penelitian di sana, ternyata ada cukup banyak pernikahan muda. Rata-rata anak usia 14-15 tahun sudah menikah. Akibatnya, pola asuh menjadi tidak terkontrol dengan baik,” kata Peneliti Pusat Pengembangan Teknolgi Tepat Guna LIPI, Ainia Herminiati pada diskusi publik peran keluarga sebagai pondasi masa depan Indonesia di Media Center LIPI, Jakarta Selatan, Rabu (15/5).

Ainia menyebut pola makan yang tidak teratur juga menimbulkan stunting, karena gizi melalui makanan tidak diperhatikan oleh ibu yang cenderung berusia masih sangat muda.

“Di samping itu adat istadat dan budaya turut berpengaruh,” katanya.

Dikatakan, asupan protein biasanya dikonsumsi saat ada pesta saja. Itupun porsi yang lebih banyak hanya untuk laki-laki sebagai kepala keluarga, sedangkan perempuan dan anak-anak mendapatkan porsi yang sedikit.

“Masalah kebersihan dan sanitasi turut menyumbang stunting. Kurangnya air bersih serta masalah sanitasi ini pun menyebabkan anak-anak di sana terserang cacingan,” katanya.

Ketika melakukan penelitian, lanjut Ainia, LIPI mulai mengedukasi kebersihan agar tidak mudah terserang penyakit.

“Kami sudah melakukan edukasi ke sekolah-sekolah. Guru-guru diberikan penyuluhan terkait mencuci tangan setelah melakukan aktivitas dan ketika hendak makan,” katanya.

 

453

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR