Home Politik Anita Wahid: Hoaks Misinformasi dan Disinformasi

Anita Wahid: Hoaks Misinformasi dan Disinformasi

Jakarta, Gatra.com - Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO), Anita Wahid mengatakan penyebab tersebarnya kabar bohong dikarenakan perkembangan teknologi digital. Melalui digital inilah, kabar bohong atau hoax tersebar dengan cepat dan ini biasanya berawal dari sebuah keisengan.

“Perkembangan teknologi digital membuat hoax ini sangat cepat berkembang dengan pesat dan akhirnya dikonsumsi oleh masyarakat dan cara menyebarkan hoax adalah keisengan," kata Anita dalam diskusi bertajuk "Berita Dusta di Antara Kita" di Jakarta Selatan, Sabtu (18/5).

Menuru Anita, kabar bohong ini bentuknya gosip dan sumbernya tidak jelas dari mana. Salah satu bentuk penyebaran hoax itu, misalkan mengubah screenshot dari berita atau yang sumbernya tidak jelas.

Anita mengatakan, MAFINDO membagi hoax menjadi dua yaitu miss information dan disinformasi. Ia mengatakan kedua jenis kabar bohong ini memiliki bahaya di mana mereka dapat mengubah perilaku seseorang dan menghancurkan satu Negara.

Miss information itu adalah kabar bohong yang tidak sengaja disebarluaskan namun tak ada tujuan tertentu seperti contohnya telur palsu yang terjadi beberapa waktu lalu," ujarnya.

Walaupun tidak sengaja, lanjut Anita, tetap saja ini menimbulkan kecemasan berlebihan di masyarakat. "Mereka menyalahkan pemerintah seperti ‘siapa sih yang berwenang’ dan ‘BPOM ke mana ini?’," katanya.

Adapun disinformasi disebabkan karena ada unsur kesengajaan dan ada tujuan yang akan dicapai. Disinformasi ini dipengaruhi oleh fitnah, sumber yang tidak valid serta konten yang dipalsukan.

Anita mengatakan, sasaran kabar bohong atau hoax adalah sisi emosi setiap manusia. Ia menuturkan, karena emosi itulah yang menjadikan seseorang tidak sadar bila mereka termakan kabar bohong atau hoax yang beredar di masyarakat.

“Sasaran emosinya itu biasanya dekat dengan kehidupan mereka, misalkan ketika ada berita bohong terkait dengan kesehatan, penculikan anak, kriminalitas ataupun bencana alam," ujarnya.

"Seperti miss information tadi, akibatnya memunculkan keresahan berlebihan. Kedua, sasaran emosi yang diincar adalah ketika identitas pribadi merasa sedang diserang saat hoax politik dan agama beredar,” katanya.

1066