Gunungkidul, Gatra.com - Belalang goreng jad kuliner unik dan ekstrim di di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Para pelaku usaha kuliner ini pun mulai menyiapkan stok bahan baku untuk menghadapi peningkatan permintaan pada Lebaran.

Belalang pun sampai harus 'diimpor" dari luar Gunungkidul, seperti dari Kabupaten Kulonprogo, DIY, dan Sukoharjo, Jawa Tengah.

"Kalau bahan baku belalang di Gunungkidul sudah terbatas. Mungkin sehari hanya setor setengah kilogram. Tapi kalau Kulonprogo, mau minta berapapun ada," kata Marsini, 39 tahun, penjaja belelang goreng di Gunungkidul, Minggu (19/5).

Warga Dusun Jelok, Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, bersama keluarganya ini selama 12 tahun ini menggeluti usaha kuliner ekstrim untuk oleh-oleh. Produk andalannya adalah Walang Goreng Pak Heri dan Kepompong Jati.

Ia memasok sejumlah toko oleh-oleh di Gunungkidul. Produknya juga diminati para pedagang eceran untuk dijajakan di tepi-tepi jalan, terutama jalur Wonosari menuju Semanu.

Ketika permintaan sepi, ia mampu menjual 4-5 kilogram belalang goreng. Namun saat permintaan tinggi seperti saat Lebaran, ia bisa menjual sekitar 10 kilogram per hari.

Pada hari biasa, satu kilogram belalang goreng dijual Rp70 ribu- Rp80 ribu. Saat libur Lebaran harga itu bisa naik hingga Rp200 ribu per kilogram.

"Sekarang sudah mulai nyetok untuk Lebaran. Berapa jumlahnya sudah tak terhitung. Asal digoreng sampai kering, tetap bertahan lama," ucapnya.

Pelaku usaha kuliner ekstrim lain, Sri Hawawa, 33 tahun, juga menyetok bahan baku untuk Lebaran. Penjaja belalag goreng dari Dusun Gantiwarno, Desa Kampung, Kecamatan Ngawen mendatangkan belalang Kabupaten Sukoharjo.

"Belalangnya jenis belalang beras. Belalang ini sekarang jadi primadona. Banyak yang cari. Tapi kalau belalang jenis kayu, saya masih ambil dari Gunungkidul," ucapnya.

Sri tak mengungkap omzetnya per hari. Ia menjual tiga toples belalang goreng Rp100 ribu. "Beratnya sekitar satu ons," cetusnya.