Home Politik Sengitnya Pilpres 2019, Bukan Politik Identitas Tetapi Duel yang Belum Usai

Sengitnya Pilpres 2019, Bukan Politik Identitas Tetapi Duel yang Belum Usai

Purwakarta, Gatra.com - Pencoblosan pemilihan presiden (Pilpres) 2019 rampung 17 April lalu. Namun, tensi panas masih terjadi menjelang keluarnya keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Cendikiawan Muslim, Prof Azyumardi Azra, mengatakan bukan karena adanya politik identitas yang membuat hajat demokrasi kali ini terasa sengit.

"Politik identitas ini tidak laku di Indonesia. Kalau kita lihat misalnya, di Pilpres itu antara pasangan calon 01 dan 02 dan para pendukungnya itu seolah ada politik identitas," ujar Azyumardi usai acara talkshow "Tafakkur Untuk Negeri di Tajug Gede Cilodong, Kabupaten Purwakarta", Minggu malam (19/5).

Menurutnya, pemicunya pertarungan yang belum usai antara Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto di tahun 2014. Hal tersebut yang membuat persaingan berlanjut, sehingga duel keduanya lebih "seru".

"Karena pertarungan itu menjadi yang terakhir buat mereka (Prabowo dan Jokowi)," katanya.

Ia mencontohkan, jika benar terdapat politik identitas pada Pemilu 2019, tentu bukan PDI Perjuangan yang memenangkan kontestasi Pemilihan Legislatif (Pileg) kali ini. Melainkan akan didominasi oleh partai-partai Islam atau yang terafiliasi kepada massa Islam.

"Jadi tidak ada politik identitas. Kalau ada politik identitas di Pileg, maka yang menang itu PKS, PBB, PPP. Malah PBB kan tidak lolos," ucapnya.

Azyumardi menambahkan, hal tersebut menandakan masyarakat yang menentukan hak pilihnya tidak didasari oleh agama, tetapi atas dasar keinginannya sendiri.

"Walaupun PDIP dihantam hoaaks karena perkataan Ibu Mega yang menyebut tidak memerlukan pemilih Islam, itu dirasa tidak relevan. Buktinya PDIP tetap menjadi pemenang," pungkasnya.

 


Reporter: Risyad Nuradi
Editor: Putri Kartika Utami