Home Ekonomi Sisi Lain Indonesia dari Pandangan Rekan WNA Tito Karnavian

Sisi Lain Indonesia dari Pandangan Rekan WNA Tito Karnavian

Jakarta, Gatra.com - Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Polisi Tito Karnavian bercerita tentang pengalamannya ketika menjalani studi Ph.D di Nanyang Technological University (NTU), Singapura. 

"Kawan kelas saya waktu itu mengatakan Indonesia itu has everything but you have nothing'. Saya bilang maksud kamu apa?," kenang Tito dalam acara penandatanganan nota kesepahaman antara Polri dan Kementerian Perindustrian RI, di kantor Kementerian Perindustrian, Jalan Gatot Subroto, Senin (20/05).

Ucapan tersebut tidak dapat ia lupakan karena diucapkan oleh Warga Negara Singapura.

"Dia bilang, anda itu punya tanah yang luas sekali, kebun, sawah, banyak sekali. Tapi kenapa bisa terjadi krisis beras? Sumber energi, minyak, gas, tapi dimana-mana kami baca terjadi krisis. Kenapa bisa begitu?" lanjut Tito.

Tito melanjutkan bahwa teman kuliahnya juga menyoroti impor beberapa produk padahal Indonesia memiliki sumber daya yang cukup untuk produk tersebut contohnya garam.

"Sementara di Singapura, satu pohon durian pun mereka enggak punya. Tapi di Geylang, sepanjang tahun ada durian. Listrik enggak pernah mati-mati. Nah ini menjadi sebuah renungan yang baik untuk kita semua. Bagaimana bisa?" tanya Tito.

Oleh karena itu, ia menyerukan agar Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia dikelola semaksimal mungkin. Tentunya dengan mengandalkan investasi dalam negeri. Menurutnya, salah satu tugas besar pemerintah adalah menciptakan Sumber Daya Manusia yang unggul.

"Ini yang mungkin belum maksimal kita kelola. Saya kira kalau kualitas buruh kita unggul, kita bisa meningkatkan peluang ke industri untuk menyejahterakan rakyat," paparnya.

Menurut Tito, masyarakat Indonesia tidak dapat hanya mengandalkan APBN yang kontribusinya hanya 20% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

"Otomatis kita harus memunculkan investor-investor lokal. Kalau belum bisa, kita beri kesempatan ke asing. Tapi tentu dengan skema yang menguntungkan bangsa kita. Bukan menguntungkan investor (asing) saja. Jadi investor happy, pemerintah happy, rakyat juga happy," tutupnya.

 

 

606